Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Para sopir mobil angkutan umum Jalan Trans Papua yang menghubungkan Jayapura dan Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, mengeluhkan banyaknya kendaraan dengan berat angkutan melebihi tonase atau kekuatan badan jalan. Akibatnya, badan Jalan Trans Jayapura – Wamena sering rusak.

Dari pantauan Jubi pada 17 – 18 Januari 2022 lalu, pengerasan dan pengaspalan sejumlah ruas Jalan Trans Papua yang menghubungkan Jayapura – Wamena tengah berlangsung. Aspal sejumlah ruas jalan telah terkelupas, sehingga lembek ketika basah.

Jalan Trans Jayapura – Wamena dilalui banyak kendaraan, termasuk kendaraan berdaya angkut besar yang membawa banyak angkutan. Para sopir angkutan Jalan Trans Jayapura – Wamena berdaya angkut sekitar 1 ton mengeluhkan banyaknya kendaraan berdaya angkut besar yang membuat badan jalan berlumpur dan rusak.

Baca juga: Anggota DPRD Kabupaten Jayapura ingatkan janji pemerintah soal jalan Depapre

Para sopir kendaraan kecil itu juga mengeluhkan truk yang membawa muatan melebihi tonase jalan, sehingga sejumlah beberapa jembatan rusak. “Jalan ini mau baik bagaimana, kalau truk bawa barang melebihi kapasitas. Ya jelas jembatan tidak mampu bertahan lama, dan aspal jalan yang diperbaiki akan rusak kembali,” kata Defris Kogoya, salah satu pengguna jalan Trans Jayapura – Wamena, Kamis (20/1/2022).

Defris menyatakan harus ada aturan yang tegas untuk membatasi beban angkutan kendaraan di Jalan Trans Jayapura – Wamena tidak melebihi tonase jalan. “Maksudnya agar jalan itu baik. Kalau baik itu enak dilintasi oleh semua kendaraan. Kalau ada  aspal ketemu jalan lobang, aspal lagi, ya lama-lama rusak juga,” ucapnya.

Defris juga mengusulkan ada jembatan timbang untuk memastikan bobot angkutan setiap kendaraan tidak melebihi tonase jalan. “Dinas Perhubunganl, kalau bisa ada timbangan truk dan kendaraan lain, agar jalan ini dilalui sesuai dengan kondisi jalan, bukan angkat banyak-banyak barang mereka,” jelasnya.

Salah satu warga, Pello Kogoya mengatakan jika bobot angkutan kendaraan tidak dibatasi, sampai kapan pun jalan akan tetap rusak. “Yang bawa truk itu harus ditegur. Jangan seenaknya saja bawa begitu,” ujar Pello. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Leave a Reply