Sopir trayek Sentani – Depapre merugi karena jalan yang rusak parah

Jalan Rusak di Papua
Para sopir angkutan umum dan angkutan barang berunjuk rasa menuntut pemerintah memperbaiki jalan penghubung Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, dan Pelabuhan Tol Laut Depapre, Rabu (23/3/2022). - Jubi/Yance Wenda

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Jalan raya yang menghubungkan Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, dan Pelabuhan Tol Laut Depapre di Kabupaten Jayapura, Papua telah berulang kali dikeluhkan warga. Kini, para sopir trayek Sentani – Depapre juga mengeluhkan kondisi jalan provinsi yang rusak parah itu. Mereka menyatakan merugi karena kondisi jalan yang rusak parah.

Koordinator Sopir Trayek Sentani – Depapre 105A, Agustinus Nasa mengatakan jalan raya penghubung Sentani – Depapre telah rusak sejak lama, namun Pemerintah Provinsi Papua tak kunjung memperbaiki jalan itu. Menurutnya, ia dan para sopir trayek Sentani – Depapre lainnya tidak memiliki pilihan selain menggunakan jalan yang rusak parah itu.

Read More

“Sudah tidak ada jalan lain. Jadi, kami terpaksa gunakan jalan itu pulang-balik, walau ada kendala yang kami rasakan,” kata Agustinus, Rabu (23/3/2022).

Baca juga: Jalan Sentani- Depapre belum dikerjakan, ribuan warga masyarakat Moi -Tanah Merah turun ke jalan

Agustinus menuturkan warga pengguna jalan itu telah berulang kali berunjuk rasa untuk menuntut jalan itu diperbaiki. Demikian pula para sopir angkutan barang dan angkutan umum yang menggunakan jalan itu. Karena jalan itu tak kunjung diperbaiki, warga dan para sopir kembali berunjuk rasa pada Rabu.

“Hari ini, kami, masyakarat Tanah Merah dan Moy kompak turun jalan. Demonstrasi ini sudah berulang kali kami lakukan, ini yang ketiga kalinya [kami berdemonstrasi] di tempat yang sama. Kalau sampai belum ada keputusan, maka jalan [akan dibarikade dengan] dipalang [dan]. [Barikade itu] tidak bisa dibuka, kecuali jika pemerintah resmi menyampaikan jalan itu akan diperbaiki,” kata Agustinus.

Ia menyatakan kondisi jalan yang rusak berat itu mempengaruhi pendapatan para sopir barang dan sopir angkutan umum trayek Sentani – Depapre. Jalan yang rusak berat membuat para sopir harus berkendara dengan pelan, sehingga mereka hanya bisa jalan dua rit (perjalanan bolak-balik) per hari.

“Karena jalan rusak kami dalam satu hari hanya [bisa jalan] dua [rit]. Itupun kami paksakan. Bensin saja kami harus isi 10 liter, [namun] satu kali jalan kami hanya mendapat uang Rp 65 ribu. Lalu kami mau dapat penghasilan berapa? Seharusnya kami jalan empat sampai lima rit per hari,” kata Agustinus.

Baca juga: MRP pertanyakan perbaikan jalan Sentani- Depapre

Salah satu warga pengguna jalan Sentani – Depapre, Nelius Bano juga mengeluhkan kondisi jalan yang rusak parah yang tak kunjung diperbaiki Pemerintah Provinsi Papua itu. “Jalan itu ada di dalam kota, bukan jauh dari kota, tapi belum juga diperbaiki. Kenapa [badan jalan] yang [ada di] dalam kota harus diaspal berlapis-lapis padahal jalan masih bagus?” kata Nelius Bano membandingkan.

Bano menyatakan jalan rusak parah itu sudah menyebabkan sejumlah kecelakaan yang membahayakan warga. Jalan yang rusak parah juga membuat waktu tempuh pengguna jalan menjadi lama.

“Yang jadi korban itu tidak hanya karena kecelakaan, tapi korban waktu juga. Sudah begitu, kalau hujan becek. Kalau musim panas, berdebu. Lengkap sudah penderita yang kami rasakan,” ucapnya. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply