Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Perbaikan ruas jalan alternatif Skyline-kolam buaya di Kota Jayapura, Papua diperkirakan rampung akhir Maret. Jalan ini dikerjakan karena terdampak bencana longsor pada 6 Januari 2022.

“Anggarannya saya tidak tahu, karena yang kerjakan dari PU Provinsi Papua sesuai dengan kesepakatan bersama dalam rapat pembahasan penanganan banjir dan longsor,” ujar Wakil Wali Kota Jayapura, Rustan Saru, di Kantor Wali Kota Jayapura, Kamis (17/2/2022).

Dikatakan Rustan, jalan longsor sepanjang 10 meter atau tepat berada di pertengahan pos polisi Skyline dan kolam buaya itu, ditargetkan rampung pengerjaanya selama dua bulan yaitu Januari-Februari.

“Ditargetkan akhir Maret, karena ada beberapa tahapan pemasangan bronjong dan tiang pemancangan cukup banyak, makanya butuh waktu karena ada pelebaran pekerjaan. Perbaikannya harus benar-benar kuat sehingga tidak terjadi lagi longsor,” ujar Rustan.

Menurut Rustan, jalan alternatif tersebut memegang peranan penting terutama jalur transportasi. Selain memecah kepadatan atau kemacetan lalu lintas di jalan utama tapi juga mencegah terjadinya kecelakaan.

“Itulah sebabnya pekerjaanya dikebut agar bisa dilalui lagi. Jalan ini juga terhubung dengan kantor wali kota, kodam, dan menuju kota sehingga memudahkah atau memperpendeka perjalanan ke tempat tujuan,” katanya.

“Saya minta warga bersabar karena sedang dikebut pengerjaanya dan tetap mematuhi lalu lintas saat berkendara di jalan raya. Jalan alternatif Skyline-kolam buaya longsor, karena tidak bisa menahan beban air (genangan) diatasnya sehingga. Iya itu jalur keluarnya air,” imbuhnya.

Baca juga: Dugaan jual beli AMDAL masa lalu dianggap penyebab banjir di Kota Jayapura

Sebelumnya, Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano mengatakan, salah satu fokus pemerintah dalam penanganan bencana banjir dan longsor yang terjadi pada 6 Januari 2022 itu, harus mengutamakan perbaikan fasilitas publik seperti jalan longsor.

“Perbaikan jalan yang longsor khususnya di jalan alternatif sangat penting agar tidak menyebabkan kemacetan di jalan-jalan utama karena menghambat aktivitas masyarakat dari dan ke tempat tujuan masing-masing,” ujar Tomi Mano.

Tomi Mano juga menambahkan agar warga tidak mendirikan bangunan di lereng-lereng gunung dan di atas saluran air atau kali untuk mencegah terjadinya banjir dan korban longsor bila curah hujan sedang tinggi.

“Saya juga minta tidak menebang pohon di atas bukit karena air yang jatuh ke bawah tidak ada yang tahan dan tidak membuang sampah sembarangan. Selain berdampak buruk pada lingkungan tapi juga terhadap kesehatan,” ujar Tomi Mano. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Leave a Reply