Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Palapa Ring Timur yang telah selesai dibangun di Papua kini seperti jaringan kabel listrik tanpa setrum, karena operator telekomunikasi enggan berekspansi di Papua. Hingga September 2020, total utilisasi serat optik Palapa Ring Timur baru mencapai 14 persen, sementara total utilisasi microwave baru mencapai 45 persen.

Siaran pers PT Palapa Timur Telematika pada 23 September 2020 lalu menyatakan proyek Palapa Ring yang dibuat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Aksesbilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) telah menghubungkan 514 kota dan kabupaten di Indonesia dengan jaringan serat optik nasional dan tower microwave. Di kawasan Indonesia timur, proyek itu menanam 2.453 kilometer kabel serat optik di darat, dan menanam 4.426 kilometer kabel serat optik di laut, menghubungkan berbagai kota di Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Palapa Ring Timur telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada 14 Oktober 2019. Akan tetapi, sebagian besar dari ribuan kilometer jaringan kabel serat optik itu lebih seperti jaringan kabel listrik tanpa setrum, karena hanya 14 persen diantaranya yang telah terpakai karena telah “dialiri” sambungan intenet.

Utilisasi 52 tower microwave dan 49 unit HOP Palapa Ring TImur yang menjangkau 35 kabupaten/kota di empat provinsi juga rendah, baru mencapai 45 persen. Dalam siaran persnya, PT Palapa Timur Telematika menyebut rendahnya utilisasi karena operator telekomukasi di Indonesia tidak serta merta berekspansi dengan memanfaatkan jaringan Palapa Ring Timur.

Baca juga: Palapa Ring Timur belum berfungsi, Kominfo Papua sudah lapor ke BAKTI

“Kebanyakan operator yang ada di Indonesia memiliki banyak pertimbangan sebelum masuk ke suatu area komersil baru, misalnya jumlah populasi penduduk, potensi pengguna data, potensi ekonomi daerah, skala ekonomi masyarakat, dan nilai strategis suatu wilayah. Hal ini menimbulkan salah persepsi dan pertanyaan di masyarakat, mengapa kehadiran Palapa Ring Timur belum juga memberikan akses internet yang layak bagi masyarakat,” demikian siaran pers PT Palapa Timur Telematika.

Kesenjangan jumlah penduduk di daerah yang dilewati serat optik Palapa Ring Timur juga menjadi soal kenapa Palapa Ring Timur tak juga teraliri “setrum internet”. Akibatnya, di sejumlah wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal, utilisasi jaringan Palapa Ring Timur sangat rendah. Sebaliknya, di wilayah Proyek 16 (Jayapura, Elelim, Wamena, Kenyam, Sumohai, Dekai, Oksibil, dan Waropoko), utilisasi jaringan Palapa Ring Timur telah mencapai 100 persen.

PT Palapa Timur Telematika menyatakan terus melakukan pemeliharaan infrastruktur Palapa Ring Timur. “Pengoperasian dan pengelolaan jaringan telekomunikasi serat optik Palapa Ring Timur masih terus dilakukan PT Palapa Timur Telematika melalui segala tantangan dan keterbatasan. [Kamitetap optimis adanya peningkatan utilisasi yang signifikan. Sudah menjadi tanggung jawab kami agar infrastruktur jaringan dapat berjalan dengan optimal namun efisien,” ujar Radiws Darwan sebagai VP Field Operation PT. Palapa Timur Telematika, sebagaimana dikutip dari siaran persnya.

Radiws juga menyatakan PT Palapa Timur Telematika terus menjalin kerjasama dengan operator telekomunikasi, untuk menambah utilisasi jaringan Palapa Ring Timur. “Kami menjalin kerjasama dengan operator terpilih untuk dapat memberikan layanan dan solusi akses Internet bagi masyarakat wilayah timur pada umumnya,” kata Radiws.(*)

Editor: Admin Jubi

Leave a Reply