Papua No. 1 News Portal | Jubi
Timika, Jubi – Kepala Distrik (Camat) Tembagapura, Mimika, Papua, Thobias Yawame, menyebut fasilitas listrik yang bersumber dari PLTA dan air bersih di Kampung Banti dan Opitawak, kini sudah rusak sehingga tidak bisa lagi dimanfaatkan warga yang akan kembali ke kampung halaman mereka setelah mengungsi selama 10 bulan di Timika.
“Dulu di Banti dan Opitawak itu ada PLTA untuk kebutuhan penerangan rumah-rumah masyarakat yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu mengalami kerusakan saat terjadi longsor. Demikian pun dengan sarana air bersih, di Banti dan Opitawak dulu ada bak penampungan air lalu dialirkan ke rumah-rumah warga, sekarang tidak jalan lagi,” kata Thobias Yawame di Timika, Mimika, Rabu (20/1/2021).
Thobias mengaku mengetahui informasi itu saat melakukan pengecekan langsung ke Kampung Banti 1, Banti 2, dan Opitawak pada pertengahan Desember lalu.
Sementara rumah-rumah warga, katanya, meski kondisinya masih utuh dengan konstruksi dari papan, namun di dalamnya sebagian besar sudah hancur.
“Rumah-rumah masih utuh, tapi di dalam sudah hancur. Pintu dan jendela sebagian besar sudah tidak ada. Kita tidak tahu itu ulah siapa, karena selama 10 bulan lebih masyarakat mengungsi ke Timika karena situasi keamanan pada saat itu tidak aman (kontak tembak antara aparat TNI-Polri dengan Kelompok Kriminal Bersenjata/KKB),” jelas Thobias yang merupakan putra Papua asli Distrik Tembagapura asal Kampung Tsinga.
Baca juga: Pos TNI di Banti Mimika ditembaki kelompok bersenjata
Ia mengatakan Pemkab Mimika dan PT Freeport Indonesia tidak bisa membendung keinginan warga untuk kembali ke kampung mereka, meski kondisi rumah, fasilitas listrik dan air minum tidak ada, belum lagi tidak tersedia fasilitas pendidikan dan tempat pelayanan kesehatan di wilayah itu.
“Sebetulnya, pemda dan PT Freeport berkeinginan untuk melakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum masyarakat kembali ke Tembagapura, tapi karena masyarakat terus mendesak bahkan mengancam untuk jalan kaki dari Timika ke Tembagapura maka disepakati untuk memfasilitasi pemulangan masyarakat kembali ke Tembagapura,” ujarnya.
Pemulangan warga tiga kampung itu ke Tembagapura akan dilakukan secara bertahap setelah mereka melakukan pemeriksaan kesehatan dan dinyatakan sehat untuk bisa kembali ke kampung.
Pada kloter pertama pemulangan pengungsi Banti dan Opitawak pada Rabu (20/2/2021) siang, sebanyak 137 warga yang telah dipulangkan ke Tembagapura menggunakan lima armada bus PT Freeport Indonesia.
Untuk membantu kebutuhan pokok sehari-hari warga tiga kampung itu, Pemkab Mimika melalui BPBD juga mengirim bahan pokok berupa beras, gula pasir, mie instan, telur, dan lainnya.
“Tahap berikutnya akan dikirim lagi bantuan bahan pokok ke Banti dan Opitawak. Saat ini semua organisasi perangkat daerah sedang membuka posko penampungan bantuan kemanusiaan di Timika Indah, samping gedung Eme Neme Yauware,” kata Thobias.
Menurut dia, tidak semua warga tiga kampung itu dipulangkan ke Tembagapura. Khusus untuk anak-anak sekolah, ibu hamil, warga yang sakit dan sedang mengikuti program pengobatan, diminta untuk tetap tinggal di Timika sementara waktu.
“Yang kembali ke kampung yaitu mereka yang benar-benar kondisinya sehat. Mereka juga sudah membuat surat pernyataan sikap untuk menanggung segala risiko apapun yang terjadi setelah kembali ke kampung,” kata Thobias. (*)
Editor: Angela Flassy