Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Usai banjir melanda Kota Jayapura, Jumat (9/1/2022) pagi, jurnalis arsip.jubi.id menelisik jalan dari lembah Emereuw Organda Padangbulan, mendaki bukit menaiki jalan setapak menuju Perumnas IV Padangbulan dan kampus AKES Padangbulan. Tampak dari ketinggian BTN Organda dan Konya Padangbulan berubah menjadi danau besar penampung air hujan.
Mata air kecil mulai keluar dari tanah bukit bukit di atas bukit Organda Padangbulan dan juga di bukit Kotaraja gunung. Bahkan mata air kecil pun ikut keluar dari jalan baru atau jalan alternatif akibatnya jalan alternatif pun putus dan air mengalir deras ke Kali Kotaraja dekat STM Kotaraja.
Tak heran kalau dosen dan juga pengamat lingkungan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Geografi Universitas Cenderawasih, Yehuda Hamokwarong, mengatakan mata air kecil itu keluar dari permukaan tanah karena tidak ada lagi hutan penyangga air hujan.
“Apalagi kawasan Organda dan Konya dekat kampus Uncen termasuk hutan sagu yang dulunya merupakan daerah resapan air hujan kala musim hujan dan penyimpan air di kala musim kemarau,” katanya saat dihubungi arsip.jubi.id, Rabu (12/1/2022).
Dia menambahkan daerah-daerah tangkapan air hujan termasuk kantor Otonom Kotaraja, pertokoan di Mega dan Saga, serta daerah aliran sungai Kotaraja dan Kali Acai.
“Semua ini telah berubah menjadi gedung dan bangunan sehingga kalau musim hujan sudah jelas akan terjadi banjir,”katanya.
Lalu bagaimana dengan pengembangan Kota Jayapura ke depan, menurut Hamokwarong harus mengarah ke Kampung Nafri dan Koya Koso karena areal ini berada di tempat tinggi dan berbukit sehingga aman untuk pengembangan kota.
“Berbeda dengan daerah Holtekamp dan Koya Barat, Koya Timur termasuk daerah lahan gambut sehingga tidak layak menjadi daerah permukiman,” katanya.
Hal senada juga dikatakan Direktur Penelitian dan Pengkajian Universitas Cenderawasih (Uncen), Dr Rosye Hefmi Tanjung, bahwa daerah tangkapan air hujan di Kota Jayapura semakin rusak atau hilang sehingg saat hujan hanya beberapa jam saja semua wilayah sudah terendam air dan banjir.
“Rumah saya di Kompleks Melati Kotaraja juga terendam banjir padahal hujan hanya beberapa jam saja semua sudah terendam air,” katanya seraya menambahkan harus ada ketegasan dari Pemerintah Kota Jayapura agar jangan sampai daerah hutan lindung berubah fungsi menjadi areal permukiran.
Oleh karena itu, saran Rosye Tanjung, mestinya pemerintah harus memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat adat agar jangan melepaskan lahan-lahan hutan lindung kepada warga lain untuk pembangunan permukiman di areal tangkapan air hujan.
Salah seorang warga permukiman Kotaraja Grand mengaku banjir masuk ke dalam rumahnya setinggi pinggang orang dewasa. Begitu pula Kantor Walhi Papua di bilangan Kotaraja Grand juga terendam banjir.
“Terendam semuanya,” tulis Aiesh Rumbekwan, Direktur Walhi Papua, dalam pesan WA kepada arsip.jubi.id
Mensos Risma kunjungi korban banjir
Menteri Sosial, Tri Rismaharini, Kamis (13/1/2022), mengunjungi korban banjir di BTN Organda Padangbulan dan selanjutnya ke lokasi Konya dekat perumahan dosen Uncen Abepura.
Mensos menyerahkan bantuan untuk korban luka dan korban jiwa akibat banjir dan longsor di Jayapura, Papua. Risma memberikan bantuan sebesar masing-masing Rp15 juta untuk tujuh ahli waris korban banjir dan longsor Jayapura.
”Sesuai amanat yang diberikan ke Kemensos untuk membantu penyintas bencana, ada delapan korban di Jayapura sebenarnya. Namun, satunya korban lagi asal Wamena belum teridentifikasi. Jadi yang dibantu baru tujuh saja sambil menunggu satu yang diidentifikasi,” ujar Risma seperti dilansir dari Antara di Jayapura, Kamis (13/1/2022).
Risma juga memberikan bantuan kepada tiga orang penyintas dengan luka berat masing-masing Rp5 juta. Dalam kesempatan tersebut, Mensos juga sempat melihat kondisi warga yang mengalami luka pada bagian kepalanya.
”Ini sudah di-rontgen? Kepalanya memar karena tertimbun ya?” ujar Risma.
Bantuan yang akan diserahkan dalam kunjungan kerja Mensos ke Jayapura senilai Rp1.390.539.388. Terdiri atas bantuan logistik bencana, santunan ahli waris untuk 7 korban jiwa, sembako 500 paket, alat kebersihan 500 paket, peralatan sekolah 500 paket, kain sarung 500 lembar, perlengkapan bayi 50 paket, dan bahan natura.
Kunjungan kerja Mensos akan ditutup dengan meninjau dapur umum, lokasi pengungsian, dan layanan dukungan psikososial di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Jayapura.
Sebelumnya, banjir yang terjadi di empat dari lima distrik di Kota Jayapura menyebabkan 8.268 warga terdampak. Ketua Tim Tanggap Darurat Bencana Alam Kota Jayapura Rustan Saru mengatakan, sebagian besar warga memilih tidak mengungsi dan tetap bertahan di rumahnya karena takut dijarah. (*)
Editor: Dewi Wulandari