Papua No. 1 News Portal | Jubi
Merauke, Jubi – Akses transportasi yang menghubungkan ibukota Distrik Kaptel dan kampung lain seperti Ihalik, Kaniskobat, Boepe, dan Kuemsit sangat sulit. Satu-satunya transportasi hanya dengan jalur air, sehingga kadang masyarakat kesulitan memasarkan hasil bumi mereka.
“Memang satu-satunya transportasi adalah jalur air. Ketika masyarakat bepergian ke kota atau kampung-kampung tetangga, harus menyewa speedboat,” ujar Kepala Distrik Kaptel, Agustinus Way, kepada Jubi di Kampung Kaptel, Distrik Kaptel, Kabupaten Merauke, Papua, pekan lalu.
Secara umum, lanjut dia, masyarakat dari beberapa kampung itu, hanya bisa mengandalkan daging untuk dijual agar mendapatkan uang sekaligus dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Itupun kalau ada tengkulak datang ke kampung untuk membeli. Jika tidak, mereka tak bisa menjual,” ujarnya.
Diharapkan ke depan, ada sentuhan baik dari pemerintah dengan memberikan dukungan dana agar masyarakat bisa memanfaatkannya untuk membeli kebutuhan hidup sehari hari.
Baca juga: Jembatan kayu rusak, masyarakat harus jalan di lumpur
Hal serupa disampaikan Simson Boyen, warga setempat.
“Memang persoalan mendasar yang dialami masyarakat dari waktu ke waktu adalah sulitnya transportasi. Bagaimana mungkin kami bisa pasarkan hasil, sementara biaya sewa speedboat sangat mahal,” ujarnya.
Ditambahkan, dari tahun ke tahun, kehidupan masyarakat dari beberapa kampung di Distrik Kaptel seperti begini terus. Karena tak ada sentuhan baik dari pemerintah. (*)
Editor: Dewi Wulandari