Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Gunung Ili Lewotolok, di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali meletus sebanyak dua kali. Hal itu memicu semburan abu vulkanik setinggi 500 hingga 1.000 meter pada Senin (15/3/2021) dini hari hingga pagi.
“Mengingat aktivitas gunung Ili Lewotolok masih fluktuatif, minimnya rekaman gempa-gempa permukaan, kami imbau masyarakat mengantisipasi terjadinya lontaran material pijar yang bisa saja ke segala arah,” kata Kepala Pos Pemantau Gunung Ili Lewotolok, Stanis Ara Kian, Senin (15/3/2021).
Baca juga : Erupsi gunung Ili Lewotolok, 2.782 warga terdampak dievakuasi
Gunung Merapi kembali erupsi, sembilan guguran lava dimuntahkan sejak Kamis dini hari
Aplikasi live seismogram gunung Merapi gagal update
Menurut Stanis aktivitas Gunung Ili Lewotolok yang hingga saat ini masih terus mengeluarkan bunyi gemuruh disertai dengan keluarnya abu-abu vulkanik dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
“Kami mengingatkan warga di sekitar kaki gunung menjauhi zona merah dan terus memantau pergerakan magma sehingga tidak menimbulkan hal yang tak diinginkan bersama,” kata Stanis menambahkan.
Pos pemantau juga ujar dia selama ini tetap siaga dan memantau untuk memastikan bahwa tak ada semburan abu yang lebih besar dan tinggi yang dapat membahayakan warga di sekitar gunung itu.
“Dari pengamatan yang dilakukan oleh rekan-rekan kami di pos pemantau tercatat sejak pukul 00-00 WITA hingga 06.00 WITA jumlah letusan mencapai 2 kali dengan amplitudo 4-31 mili meter, dengan durasi 22-30 detik,” kata Satanis menjelaskan.
Dua kali letusan itu mengakibatkan gunung itu menyemburkan material abu vulkanik setinggi 500-1000 meter dengan warna asap kelabu. Letusan juga disertai dengan gemuruh sedang hingga kuat serta lontaran lava sejauh 500 meter dari kawah ke arah tenggara.
Ia minta masyarakat Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya longsoran material lapuk yang dapat disertai oleh awan panas dari bagian tenggara puncak atau kawah gunung Ili Lewotolok. Pihaknya juga mengingatkan soal potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol