Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letjen Doni Monardo menyatakan hingga Senin pihaknya belum bisa memastikan penyebab terjadinya banjir bandang yang menerjang Kabupaten Jayapura pada Sabtu (16/3/2019). Akan tetapi, Doni menyebutkan tiga faktor yang diduga menjadi penyebab bencana banjir bandang itu.
“Kita belum menemukan sebuah jawaban yang akurat (tentang penyebab banjir bandang itu). Akan tetapi, ada tiga faktor. Pertama, faktor topografi, yaitu kemiringan (lereng) di Cagar Alam Cycloop yang sangat terjal dan memiliki lapisan tanah yang sangat tipis yang ditumbuhi tanaman. Ketika satu saja tanaman terpotong, (lapisan tanah akan) terkupas dan longsor. Dengan tingkat kemiringan yang lebih dari 40 derajat, (longsor akan terjadi) sangat cepat,” kata Doni.
Faktor kedua, menurut Doni, adalah ekstremnya intensitas hujan yang mengguyur Kabupaten Jayapura sepanjang Sabtu malam. “Intensitas hujan yang sangat tinggi mulai jam 18.00 sampai 23.30 WP. Jadi dalam kurun waktu 5 jam 30 menit, kawasan cagar alam harus menampung air hujan itu. Karena daya tampung cagar alam terbatas, air dengan sangat cepat mengalir ke tempat yang lebih rendah,” kata Doni.
Ia menyatakan banyaknya permukiman yang dibangun warga dan pembukaan hutan di lereng Cycloop sebagai faktor ketiga yang bisa menyebabkan terjadinya banjir bandang. “Saya mendapat laporan bahwa sebagian dari kawasan Gunung Cyclop sudah dijadikan sebagai kawasan perkebunan. (Untuk mengatasi) hal ini harus ada komitmen dari semua pihak, termasuk dari para tokoh di Papua, khususnya di Sentani, untuk bisa mengajak kawan-kawan kita agar bisa dengan sukarela meninggalkan kawasan itu,” ujar Doni.
Doni menegaskan kondisi Cagar Alam Cycloop harus dipulihkan. Pemulihan itu penting untuk mengembalikan fungsi konservasi pegunungan Cycloop, demi memastikan bencana banjir bandang tidak terulang di masa mendatang.
Ia menyebutkan upaya itu hanya akan berhasil jika masyarakat yang selama ini menggantungkan hajat hidupnya dari pegungungan Cycloop bisa mendapatkan sumber pendapatan baru. “Kita coba carikan solusi, agar masyarakat bisa mendapatkan keuntungan ekonomi tanpa perlu menebang kayu (di Cycloop). Sejumlah penanaman tanaman bernilai ekonomis dan ekologis sudah dilakukan di sejumlah tempat di Papua, termasuk kopi dan Matoa. Beberapa pohon Matoa yang saya saksikan memiliki perakaran yang kuat,” ujar Doni.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G