Tetap mengais rejeki dibawah acaman penularan corona

Seorang mama Papua yang berjualan pinang di Pasar Pharaa Sentani - Jubi/Yance Wenda
Seorang mama Papua yang berjualan pinang di Pasar Pharaa Sentani – Jubi/Yance Wenda

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Imbauan Pemerintah Kabupaten Jayapura terkait pembatasan waktu aktivitas ekonomi untuk mencegah penularan virus Corona atau COVID-19, mendapat reaksi beragam dari masyarakat. Salah satunya adalah para pedagang asli Papua.

Read More

Nekilera Tabuni, perempuan 26 tahun, asal Kabupaten Lanny Jaya, yang sehari-hari bekerja sebagai penjual pinang di Kota Sentani, mengatakan dengan pembatasan waktu ini membuat dia bingung bagaimana mencari jalan lain untuk bisa mendapatkan uang.

“Saya hari-hari bekerja hanya jualan pinang, kalau semua transportasi dihentikan dan aktivitas (jualan) dihentikan pada jam 12:00 waktu Papua, itu rasanya berat juga,” katanya saat ditemui Jubi di Sentani, Rabu (25/3/2020).

Nekilera paham bahwa Covid-19 atau Corona merupakan virus yang berbahaya, namun ia tetap harus banting tulang mencari nafkah.

“Saya takut juga dengan virus ini tapi kalau saya tidak kerja baru mau makan apa? Saya tidak punya pekerjaan lain. Coba (pembatasan) waktu itu sampai jam 2 atau jam 3 sore kah,” kata perempuan satu anak ini.

Dalam sehari berjualan ia bisa mendapatkan lebih di waktu tidak ada Covid-19 ini.

“Orang bilang virus ini bikin sampai dalam satu hari kita hanya bisa dapat Rp30ribu-70ribu, padahal sebelumnya bisa sampai Rp300 ribu bahkan bisa lebih,” kata Nekilera Tabuni.

Waumi, perempuan asal Buton, mengatakan awalnya ia memberanikan diri untuk membuka kiosnya namun kini ia lebih memilih membuka setengah hari saja.

“Saya pikir virus ini di luar saja padahal ini sudah ada di Jayapura baru di kompleks ini lagi sudah ada yang ODP, saya juga jadi takut,” katanya.

Perempuan yang sehari-hari berjualan di kiosnya ini memilih mengikuti imbauan pemerintah.

“Virus ini juga rentan menyebar lewat uang to jadi khawatir juga, apalagi saya punya riwayat penyakit,” pungkasnya. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply