Papua No.1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Peristiwa banjir bandang Sentani telah setahun berlalu. Kejadian itu masih menyisakan nestafa bagi para korban.
Mereka kehilangan harta benda bahkan anggota keluarga dan sanak kerabat. Upaya rehabilitasi yang dilakukan pemerintah masih belum mampu mengembalikan kondisi di lokasi terdampak bencana seperti sedia kala. Para korban banjir pun masih ada yang menetap di lokasi pengungsian.
“Pemerintah punya pergerakan (upaya pemerintah) sampai saat ini seperti apa, kami tidak tahu. Kami hanya tahu ada pembangunan 300 rumah (untuk relokasi bagi korban banjir),” kata Warga Kemiri, Sofyan, Selasa (17/3/2020).
Sofyan telah menetap sekitar 48 tahun di Kemiri. Kampung tersebut merupakan salah satu wilayah terdampak banjir bandang yang terjadi pada 16 Maret tahun lalu.
Sofyan masih memendam duka atas kehilangan seorang keponakannya saat banjir bandang Sentani. Jenazah keponakannya tersebut belum ditemukan hingga hari ini.
“Sampai saat ini kami masih dilanda kedukaan, tetapi kami iklaskan saja apa yang terjadi kemarin (saat banjir bandang). Kami sebagai masyarakat hanya bisa mengikuti dan mendukung penanganan (terhadap korban dan wilayah terdampak banjir) yang dilakukan pemerintah,” katanya.
Warga lain, Soleman Yom merasa penanganan terhadap korban bencana masih belum merata. Mereka yang mengalami kerugian harta benda maupun kerusakan tempat tinggal belum semua ditangani secara optimal.
“Perumahan (untuk relokasi pengungsi) memang ada dibangun (pemerintah), tetapi kami tetap bertahan di sini. Kalau kami pindah, akan susah. Rumah yang dibangun itu ukurannya kecil (tidak memadai),” kata Yom.
Dia justru berharap pemerintah menormalisasi sungai di sekitar lokasi permukiman mereka saat ini, untuk mencegah banjir. Jadi, warga tidak mesti repot pindah rumah atau direlokasi ke permukiman baru. (*)
Editor: Aries Munandar