Pemkab Jayapura akan intervensi budidaya kakao dan sagu di empat distrik

Lokakarya di aula Bappeda Kabupaten Jayapura - Jubi/Yance Wenda
Lokakarya di aula Bappeda Kabupaten Jayapura – Jubi/Yance Wenda

Papua No. 1 News Portal | Jubi

 Sentani, Jubi – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Jayapura, Rabu (13/3/2019), menggelar lokakarya program pertumbuhan penghijauan dan intervensi kakao dan sagu di Kabupaten Jayapura.

Read More

Dalam lokakarya tersebut disepakati akan dilaksanakan penghijauan dan intervensi budidaya kakao dan sagu di empat distrik, yakni Kaureh, Yapsi, Depapre, dan Yokari.

Asisten II Bidang Perekonomian Sekda Kabupaten Jayapura, Edi Susanto, mengatakan pengenalan konsep ekonomi hijau di Kabupaten Jayapura cukup bagus.

“Konsep ekonomi hijau ini cukup bagus karena menyatu dengan alam dan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.

Konsep ekonomi hijau di Kabupaten Jayapura yang akan menjadi icon nanti akan dilakukan penanaman pelestarian dan pengembangan kembali.

“Pengembangan sagu dan kakao di Kabupaten Jayapura ini sedang menjadi icon pembangunan untuk masyarakat,” kata Edi, kepada wartawan di Sentani, Rabu (13/3/2019).

Kata Edi,  sagu dan kakao sudah terkenal di kalangan masyarakat Kabupaten Jayapura dan juga sudah pernah mendapatkan predikat baik.

“Sagu dan kakao sudah dikenal dan pernah mendapat predikat baik hasil kakao dari Kabupaten Jayapura. Di distrik Kaureh ada kampung Sebum, Kwarja, Soskotek, dan Lapua. Distrik Yapsi ada kampung Taja, Bundru, dan Kwarja. Distrik Depapre ada kampung Kendate dan distrik Yokari ada kampung Kantumilena. Sagu itu di kampung Komba dan Yobe yang menjadi distributor utama,” jelasnya.

Di tempat yang terpisah, Plt Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura Kabupaten Jayapura, Adolof Yoku, kepada Jubi mengatakan selain melakukan penghijauan, perhatian penuh juga perlu dilakukan kepada petani kakao orang asli Papua (OAP).

“Orang Papua yang punya lahan sagu dan kakao ini yang harus jadi perhatian utama,” ucapnya.

Kata Adolof, tanaman kakao yang ada saat ini merupakan tanaman kakao yang usianya sudah sangat tua sehingga tidak produktif lagi.

“Untuk mengangkat jati diri petani kakao yang baik itu perlu dilakukan pendampingan kepada petani kakao, dengan menjelaskan bagaimana memulai menanam kakao yang baik dan petani kakao juga harus mempunyai kepastian lahan,” ucap Yoku. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply