Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Dampak dari pemalangan tiga jalan masuk menuju Pasar Pharaa Sentani, Kabupaten Jayapura-Papua, memaksa para pedagang yang biasa berjualan di dalam pasar tersebut beralih berjualan di sepanjang jalan utama Sentani-Waena.
Dari pantauan Jubi di lapangan, sekira pukul 8.28 pagi, mama-mama Papua menggelar dagangannya berupa pinang, sayur, ubi, singkong, ikan, dan berbagai macam hasil bumi, di pinggir jalan.
Akibat pemalangan tersebut, mereka mengaku mengalami kerugian yang cukup besar.
“Dengan pemalangan yang dilakukan ini kami sudah tidak bisa dapat apa-apa lagi. Mau jualan jam berapa? Apalagi kami jualan di jalan ini, tambah hancur,” ucap Lepi Wanimbo, seorang pedagang pinang di Pasar Pharaa Sentani, saat ditemui Jubi, Kamis (17/9/2020).
Kata Lepi, jika kondisinya sudah seperti ini, tentu akan berpengaruh besar pada pendapatannya dan juga para pedagang lain, yang sebagian besar orang asli Papua.
“Dalam sehari jualan itu biasa kami dapat Rp300-500 ribu. Tapi kalau sudah begini, apa yang kami mau dapat? Pinang saja kami atur tertinggal begitu saja,” katanya.
Ia berharap pemerintah segera menyelesaikan dan tidak menganggap enteng persoalan ini.
“Pemerintah harus selesaikan ini. Jangan karena masalah tanah seperti ini, kami yang biasa cari makan di pasar jadi korban. Kami berjualan hanya untuk makan dan minum kami dalam keluarga,” kata Wanimbo.
Baca juga: Pemalangan jalan ke arah pasar Pharaa hambat pergerakan warga
Sementara itu, Aleda Sopikerum, perempuan asal Genyem, mengatakan ia membawa hasil bumi dari kampung dengan harapan bisa dijual di Pasar Pharaa Sentani.
“Kita tidak tahu apa-apa. Kita sebagai pedagang hanya tahunya datang jualan saja. Sekarang kalau sudah ada palang begini, itu hak mereka juga dan kami juga punya hak berjualan, dan itu harus bupati yang berikan jawabannya,” katanya.
Aleda berharap masalah ini dapat segera diselesaikan, karena dengan kejadian ini sudah merugikan pedagang yang membawa hasil bumi dari kampung untuk dijual di Pasar Pharaa Sentani.
“Pemerintah ada karena rakyat. Jadi pemerintah harus respons ini. Saya bawa jualan keladi, pisang, dan jualan lain, hanya untuk kebutuhan hidup di rumah, beli garam, gula, minyak, dan kebutuhan anak sekolah. Kalau seperti ini, berarti kami pulang kosong dan kami mau buat apa ke supir taksi ini,” kata Sopikerum.
Tiga akses jalan masuk ke Pasar Pharaa Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, sejak Kamis (17/9/2020) dini hari dipalang. Akibatnya, para pedagang yang sebagian besar datang dari Genyem, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, yang sudah datang sejak pukul 2 dini hari, harus tertahan di depan Hotel Metta Star dan Tabita.
Karena belum bisa masuk ke Pasar Pharaa, para pedagang diarahkan untuk menggelar dagangannya di lapangan upacara Kantor Bupati Jayapura di Gunung Merah, Sentani.
Hingga berita ini dirilis, belum diperoleh keterangan dari pihak yang melakukan pemalangan akses masuk ke Pasar Pharaa Sentani.
Informasi yang berhasil dihimpun Jubi di lapangan, aksi pemalangan dilakukan oleh Ikatan Keluarga Besar Mellam Hollokhabam kerena ketiga tanah hak ulayat yang diklaim milik mereka tersebut, hingga kini belum dibayarkan oleh pemerintah. (*)
Editor: Dewi Wulandari