Papua No.1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Curah hujan yang turun beberapa hari ini, tidak hanya berdampak kepada tergenangnya sebagian besar fasilitas umum dan permukiman warga, serta menumpuknya material pasir dan lumpur di ruas jalan raya, tetapi juga mengakibatkan naiknya muka air Danau Sentani setinggi 70 sentimenter dari batas normalnya.
Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw mengaku telah mengunjungi sejumlah tempat di wilayah pemerintahannya pada Minggu (9/1/2022) kemarin, guna memastikan kondisi yang terjadi tidak berdampak parah bagi masyarakatnya, seperti pada Maret 2019 lalu.
“Air danau sedikit mengalami kenaikan, sebagian besar tempat yang tergenang juga sudah kami datangi,” ujar Bupati Mathius di Sentani, Senin (10/1/2022).
Dari kunjungan tersebut, kata Awoitauw, sejumlah stakeholder sudah dikoordinasi dan dilakukan rapat bersama, untuk mengantisipasi situasi yang terjadi saat ini. Dalam rapat bersama, diputuskan bahwa status Kabupaten Jayapura siaga darurat.
“Memang sebagian kampung-kampung di pesisir Danau Sentani turut merasakan adanya kenaikan permukaan air, namun tidak berdampak seperti dua tahun lalu yang naiknya hingga mencapai dua meter, yang mengakibatkan banyak warga kampung mengungsi ke bagian darat,” katanya.
Menurutnya, saat ini perlu adanya monitoring yang intens terhadap situasi dan kondisi, apalagi dengan cuaca yang tidak tetap saat ini.
“Semuanya harus diantisipasi dengan baik agar masyarakat tidak jadi korban seperti pengalaman kita di waktu lalu. Posko bantuan sudah dibangun di beberapa titik,” jelasnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat adat Kampung Yobeh, Yafet Felle mengatakan, perhatian serius seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap daerah penyangga dan resapan. Di mana, kawasan yang tidak boleh dibangun menjadi permukiman warga, maka harus dipastikan tidak ada permukiman warga di sana.
“Dampaknya akan kita rasakan setiap musim hujan. Hujan hanya 30 menit saja, Kota Sentani langsung tergenang. Ini berarti ada tempat atau jalur jalannya air yang sudah ditutup atau ditimbun untuk pembangunan rumah dan sebagainya. Akhirnya, jalur air dari ketinggian ke tempat yang rendah dengan mudah saja mengalir dan tergenang di mana-mana, karena jalurnya sudah tertutup,” jelasnya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo