Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Tokoh agama Katolik Keuskupan Timika, Pastor Santon Tekege, Pr mengatakan penjualan minuman beralkohol (minol) menjadi salah satu penyebab mandeknya proses pembangunan di sejumlah kabupaten di Meepago.
“Pemicu lambatnya proses pembangunan adalah miras ini. Penjualan harus dibasmi. Kalau masih jual terus, pasti pemuda-pemuda itu beli dan sasarannya ganggu pembangunan seperti jalan, jembatan, atau gedung perkantoran. Hilangkan miras dulu,” ujar Pastor Tekege, kepada Jubi, Rabu (12/2/2020).
Menurutnya, berbagai pihak seperti eksekutif, legislatif, TNI, Polri, dan semua tokoh berbagai elemen harus bersatu padu.
“Pihak-pihak ini tidak boleh jalan masing-masing. Atur langkah baik untuk pembangunan dan generasi masa depan. Selanjutnya pemerintah harus membuat peraturan daerah agar bisa mengikat aturan tersebut.”
Sementara itu, Ketua Fraksi PKB DPRD Kabupaten Deiyai, Naftali Magai, meminta kepada Kapolres persiapan dan Dandim setempat, agar menindak tegas bawahan yang sering mengonsumsi minol di Kota Waghete, ibu kota Deiyai.
“Kami mengimbau supaya ke depan, siapa pun anggota baik polisi atau TNI yang suka mabuk-mabuk, harus dipindahkan ke kabupaten lain, karena itu mempengaruhi anak-anak putra daerah,” sampainya.
Dikatakan, putra-putra daerah adalah sumber daya manusia untuk ke depan. Maka itu ia berharap bagi aparat keamanan baik yang berasal dari putra daerah atau pendatang, berhenti mengonsumsi minol. Apalagi Deiyai menjadi pintu masuk Injil pertama kali.
“Untuk tempat jual [minol], kemungkinan besar ada empat tempat. Dan empat tempat itu di-backup oleh tentara itu sendiri. Mereka sendiri yang jual, mereka sendiri peminum. Tentara dan polisi. Tempat ini mereka rahasiakan. Mereka diam-diam saja, jual kah, beli kah. Kadang putra-putra daerah ini diajak untuk minum,” ungkapnya. (*)
Editor: Galuwo