Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Nama Bandar Udara Internasional Sentani akan segera berganti nama menjadi Bandar Udara Internasional Theys Hiyo Eluay, untuk menghormati jasa-jasa mendiang Theys Hiyo Eluay. Keluarga mending Theys Hiyo Eluay juga berharap pemerintah daerah memperhatikan kondisi makam Ketua Presidium Dewan Papua itu.
Yanto Eluay, anak kandung dari Theys Hiyo Eluay meminta Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura dan Pemerintah Provinsi Papua untuk memperhatikan kondisi makam Theys Hiyo Eluay. Apalagi makam itu terletak di seberang gerbang Bandar Udara (Bandara) Internasional Sentani.
Bandara itulah yang pada 20 Oktober 2020 mendatang akan berganti nama menjadi Bandara Internasional Theys Hiyo Eluay. “Jalan masuk keluar bandara saat ini berhadapan langsung dengan makam dari bapak saya,” ujar Yanto saat ditemui di Sentani, Jumat ( 16/10/2020).
Baca juga: Jayapura setuju Dortheys Hiyo Eluay jadi nama bandara
Menurut Yanto, semasa hidup ayahnya menjadi tokoh masyarakat adat, dan melakukan banyak hal untuk kepentingan masyarakat di Kabupaten Jayapura maupun Papua. Yanto menegaskan, ayahnya bukan lagi milik keluarga Eluay semata, namun milik seluruh masyarakat di Papua.
“Sebagai keluarga, [kami tetap] memperhatikan makamnya, [namun] hanya sebatas makam saja. Kalau bisa, di makam tersebut ada semacam tugu peringatan yang dibangun,” kata Yanto.
Sebagai ahli waris dan juga mewakili pihak keluarga Eluay, Yanto menyampikan apresiasi yang tinggi kepada pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yang akan mengabadikan nama ayahnya menjadi nama bandara utama di Provinsi Papua itu. “Semua perjuangan dan kerja yang sudah dilakukan oleh almarhum dapat dikenang oleh semua masyarakat di papua,” ujar Yanto.
Tokoh pemuda Sentani, Jack Judson Puraro juga menyampaikan permintaan agar pemerintah daerah memperhatikan dengan serius kondisi makam Theys Hiyo Eluay. “Makamnya pas di depan pintu masuk dan keluar arah Bandara Sentani saat ini. Tidak elok ketika ada tamu yang datang di Bandara Theys Hiyo Eluay, lalu melihat kondisi makamnya tidak terawat,” kata Puraro. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G