Papua No. 1 News Portal | Jubi
Timika, Jubi – Hilang satu, tumbuh seribu. Suatu refleksi pertumbuhan iman Katolik di tanah Papua. Tak hilang dari ingatan kita di mana kian maraknya kematian para petinggi agama Katolik maupun Kristen lainnya di tanah Papua tempo lalu, merupakan suatu realita yang patut dikenang
sepanjang zaman.
Demikan dikatakan Cendekiawan Katolik di Meepago, Tiborius Adii. Menurutnya, konsep satu hilang ganti seribu adalah suatu hal ihwal yang patut diperjuangkan dan dipertahankan sepanjang zaman demi iman Katolik sejati di atas tanah leluhur pulau burung surga.
“Dalam sejarah hidup manusia tercatat bahwa ‘seribu orang yang datang dan atau lahir dalam satu hari, begitu juga seribu orang yang pergi dan atau meninggal’. Merupakan suatu siklus hidup manusia sepanjang perjalanan hidup manusia yang tidak bisa disangkal oleh siapapun dan telah dimeteraikan oleh Allah Pencipta dari waktu ke waktu,” ujarnya kepada Jubi, Senin, (7/10/2019).
Dalam konteks ini, kematian para Pastor dan Pendeta di tanah Papua yang telah dipanggil oleh yang Maha Kuasa, dalam upaya mempersiapkan jalan keselamatan kekal bagi orang Papua.
“Ini pula mau merefleksi bahwa dalam perspektif iman Katolik, kematian baginya adalah memperoleh keselamatan hakiki. Selain itu, pembuka tabir keselamatan kekal bagi tanah Papua, pendobrak, dan merintis jalan keselamatan bagi semua,” katanya.
Patah-tumbuh, hilang-berganti lanjutannya, dalam perspektif ini bahwa banyak Imam mendahului kita tetapi kemudian akan tampil seribu sekian Imam Projo untuk mengganti para pendahulunya. Relevan dengan ini dalam pada bulan Oktober tanggal 4 Oktober 2019 telah ditahbiskan lima Imam
Projo di Keuskupan Timika dan dua orang menjadi Diakon.
“Adalah dalam upaya memanifestasikan Patah Tumbuh, Hilang Berganti dan hilang berganti seribu Imam Projo Keuskupan Timika dalam upaya melestarikan motto ‘Parate Viam Domini yang artinya Siapkan Jalan Keselamatan bagi Tuhan di Atas Tanah ini,” kata Adii.
Uskup Keuskupan Agats, Papua, Mgr. Aloysius Murwito, OFM, mengatakan keputusan iman yang diambil lima imam baru yang ia tahbiskan pada Jumat, (4/10/2019) adalah tanggapan menuju kesempurnaan, kesucian, dan kesempurnaan kasih.
“Proficiat atas keputusan iman yang anda semua atas keputusan iman yang anda semua ambil untuk menanggapi panggilan Tuhan untuk kesempurnaan kesucian, kesempurnaan kasih, melalui jalan imamat,” kata, Mgr. Aloysius Murwito, OFM dalam kotbahnya di gereja Katedral Tiga Raja Timika.
Menurut Mgr. Aloysius, jalan imamat adalah salah satu dari sekian banyak jalan lain untuk menanggapi panggilan Tuhan. Karena itu dirinya berharap para imam baru semakin bahagia dalam imamat dan semakin gembira dalam perutusan yang akan dipercayakan. (*)
Editor: Syam Terrajana