Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Salah seorang pemilik warung makan di Pasar Mama-Mama Papua, Diana Torlain mengatakan usahanya bangkrut karena pasar sepi pengunjung. Menurut Torlain, hal itu bukan hanya disebabkan pandemi COVID-19, tetapi juga minimnya prasarana seperti air bersih dan bantuan modal usaha bagi para Mama Papua di pasar yang dulu diresmikan Presiden Joko Widodo itu.
Sejumlah warung makan yang berada di lantai 3 Pasar Mama-mama Papua telah bangkrut, karena pasar di Kota Jayapura itu sepi pengunjung. Diana Torlain, salah satu pemilik warung makan di sana, mengeluhkan tidak adanya prasarana seperti air bersih, sehingga para penjual di pasar itu kesulitan membuat pengunjuk merasa nyaman.
Diana Torlain sehari-hari berjualan mi berbahan sagu yang diolah menjadi beragam masalah siap santap. “Saya membuatnya menjadi mi goreng, mi kuah. Saya juga berjualan mi instan, sabun mandi berbahan sere, cobkat biji, kopi dari Deiyai, dan madu dari Lembah Baliem,” kata Torlain.
Baca juga: Demi merebut hati tamu PON XX Papua, Pasar Mama-mama pun ditata
Akan tetapi, warungnya bangkrut karena pasokan air bersih di Pasar Mama-mama Papua macet. “Sewaktu air mengalir lancar, kami lancar berjualan. Kami tidak sibuk dengan air. Akan tetapi, sekarang ini [pasokan air mati, kami] setengah mati. Kami mau ambil air juga agak kesulitan,” kata Torlain.
Menjelang pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, Torlain berharap pemerintah daerah dapat menghidupkan kembali Pasar Mama-mama Papua menjadi salah satu destinasi wisata para tamu PON. Ia berharap prasarana Pasar Mama-mama Papua segera dilengkapi dan diperbaiki, sehingga penyelenggaraan PON XX dapat memberikan manfaat ekonomi bagi para mama Papua.
Prasarana yang dibutuhkan para pedagang di Pasar Mama-mama Papua itu termasuk jaringan air bersih dan bantuan modal usaha. “Biarkan kami juga bisa berjualan, agar orang dari luar datang mengunjungi kami juga,” kata Torlain kepada Jubi, Jumat (3/9/2021).
Baca juga: Benahi Pasar Mama-mama sebelum PON XX Papua dimulai
Torlain mengatakan pendapat usahanya berkurang banyak gara-gara warungnya dipindahkan dari area parkir ke lantai 3 pasar itu. “Kami sempat membangun warung di pinggir tembok pagar, di lantai 1. Saat itu memang pengunjung banyak. Akan tetapi, [warung saya] dibongkar oleh Pemerintah Kota Jayapura. Menurut mereka waktu itu, lantai 1 harus ada area parkir, dan tidak boleh ada bangunan atau tempat jualan [di sana]. Kami diarahkan ke lantai 3 Pasar Mama-mama Papua,” katanya.
Torlain menyatakan saat itu Pemerintah kota Jayapura berjanji untuk bekerjasama dengan pihak bank dan menyediakan bantuan modal usaha. Ia menyatakan Pemerintah Kota Jayapura juga berjanji untuk membangun kios dan warung makan bagi para pedagang asli Papua.
“Tetapi hingga tahun 2021 tidak ada realisasi dari janji mereka kepada kami. Sampai saat ini kami tidak mendapatkan modal usaha dari Pemerintah Kota Jayapura maupun Pemerintah Provinsi Papua,” katanya.
Baca juga: Pasar Mama-mama Papua ini sebenarnya untuk siapa ?
Torlain mengatakan ia sudah terlanjur mengeluarkan modal untuk membangun warungnya yang dibongkar itu. “Modal kami untuk berusaha itu mati di pembangunan warung. Kami tidak bisa lagi mengembangkan modal usaha dengan hasil usaha kami,” katanya.
Ia juga sudah menghabiskan sejumlah uang untuk menyiapkan warung barunya di lantai 3 Pasar Mama-mama Papua. Sayangnya, lantai 3 pasar itu sepi pembeli. Pasar semakin sepi pengunjung setelah pandemi COVID-19 meluas di Kota Jayapura.
“Di lantai 3, pembelinya sepi. Ditambah dengan air bersih yang tidak mengalir lagi ke lantai 3, pedagang semakin kewalahan. Ditambah lagi dengan COVID-19, membuat kami benar-benar rugi dan tidak mendapatkan keuntungan dari apa yang kami jual,” katanya.
Ketua Solidaritas Pedagang Asli Papua (SOLPAP) Frengky Warer mengatakan prasarana Pasar Mama-mama Papua membutuhkan pemeliharaan berkala, agar kenyamanan pedagang dan pengunjung pasar terjaga. Ia meminta Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil, Menengah (Perindagkop UKM) Kota Jayapura melakukan pemeliharaan prasarana pasar itu.
“Agar pemilik warung yang berjualan di Pasar Mama-mama juga bisa hidup dari hasil usahanya. Saya sudah sampaikan kepada Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Kota Jayapura, terkait dengan kamar mandi, lampu, dan juga truk untuk mengangkut Mama-mama Papua dari rumah ke pasar [dan sebaliknya]. Beliau bilang nanti akan melengkapinya, khususnya truk,” katanya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G