Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Berada di pengungsian, bukan berarti hanya berpangku tangan menunggu uluran tangan orang lain. Meski tidak ada modal karena seluruh harta benda habis diterjang banjir bandang yang melanda Sentani, lebih dari sebulan silam, tidak menyurutkan para perempuan tangguh ini mengais rejeki untuk menyambung hidup.
Prosina Murib, ibu satu anak, warga Kampung Toladan Sentani, Kabupaten Jayapura, sejak banjir bandang melanda Sentani, 16 Maret silam, dia bersama sejumlah kerabat dan tetangga, hingga saat ini masih harus tinggal di pengungsian.
Sepekan terakhir, dia sudah mulai kembali beraktivitas, berjualan hasil bumi ke Pasar Pharaa Sentani dan ‘pasar kaget’ di seputaran Sentani.
“Saya jualan sudah tujuh kali, itu saya bawa ke Pasar Pharaa dan ke Pojok, itu semua dari kebun punya,” kata Prosina, kepada Jubi, di Sentani, Senin (29/4/2019).
Prosina berjualan daun pepaya, daun singkong, pisang, petatas, dan keladi.
Ia mengatakan berjualan memang membutuhkan modal. Baginya, yang paling penting ada sepeda motor miliknya, yang bisa digunakan untuk antar barang ke pasar.
“Saya tidak ada modal tapi ambil dari kebun, baru turun dan bawa pake motor, baru jualan,” jelasnya.
“Dari hasil jualan ini kita tidak pake sendiri tapi kita bawa untuk tambah-tambah beli sayur atau apa begitu untuk di posko pengungsian,” imbuhnya.
Perempuan asal Puncak Jaya itu menuturkan dalam sekali jualan ia bisa dapatkan paling tinggi Rp700 ribu dan paling sedikit Rp400 ribu.
“Memang dapat uang banyak tapi kita pikir untuk banyak orang, karena di posko itu banyak anak-anak, kasihan kalau kita jualan baru pikir diri sendiri saja,” ucapnya.
Hal lain disampaikan Lisemima Wenda, ibu tiga anak perempuam asal Lanny Jaya. Ia mengatakan dirinya berjualan hanya untuk tambah-tambah di posko pengungsian Toladan.
“Hasil jualan itu paling untuk beli rica, sayur, atau papeda untuk makan bersama di posko. Kadang juga beli kopi untuk malam dan pagi,” katanya.
Lisemima berjualan hasil kebun miliknya.
“Saya punya kebun tidak kena banjir. Saya tanam sayur-sayuran, petatas, dan pisang,” ungkapnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari