Gereja harus bicara narkoba dan HIV-AIDS

Jeff Ron Sohilait, saat memberikan materi kepada pemuda di gereja Baptis Imanuel Toladan Sentani - Jubi/Yance Wenda
Jeff Ron Sohilait, saat memberikan materi kepada pemuda di gereja Baptis Imanuel Toladan Sentani – Jubi/Yance Wenda

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Ketua Persekutuan Gereja-gereja Baptis di Papua (PGBP), Titus Yikwa, mengatakan Gereja harus mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan narkoba dan penanggulangan HIV-AIDS, kepada generasi muda Baptis dan Papua pada umumnya, karena mereka adalah tulang punggung gereja dan masa depan bangsa.

Read More

“Generasi muda adalah harapan dan tulang punggung gereja. Mereka tumbuh dewasa di dalam gereja dan dipersiapkan untuk menjawab tantangan kehidupan ke depan,” ucap Titus Yikwa, kepada Jubi, di Jayapura, Senin (18/2/2019) malam.

Titus menandaskan yang menjadi musuh kita adalah hal-hal yang bisa menghabiskan generasi Baptis dan Papua, seperti konsumsi minuman beralkohol (minol) dan penyalahgunaan narkoba, serta penularan HIV karena kegiatan seksual berisiko.

“Penyakit ini tidak pandang bulu, siapa saja yang punya perilaku seks berisiko, dia sapu rata semua generasi, karena itu peran gereja untuk bagaimana mengimplementasikan firman Tuhan, baik di tingkat sekolah Minggu, pemuda dan kelas dewasa, saya lihat sampai saat ini kelas dewasa itu hampir tidak ada,” kata Titus.

Titus menambahkan di setiap kelas ini selain mengajarkan firman Tuhan, mereka juga harus diajarkan pemahaman soal bahaya penyalahgunaan narkoba dan HIV-AIDS.

“Hal itu perlu disampikan karena tubuh mereka itu baik Allah dan Tuhan menciptakan mereka itu secara utuh, karena itu mereka perlu diajarkan secara terus menerus agar mereka

memahami bahwa hidup mereka itu milik Tuhan,” katanya.

“Generasi muda yang tidak percaya lalu melakukan hubungan seks di luar nikah itu juga dosa, kalau sudah kena HIV, baru mati itu akan binasa, ini menjadi tanggung jawab kita semua gereja-gereja,” sambungnya.

Peran gereja, kata Titus, tidak hanya menyapa firman kepada jemaat, namun gereja juga harus berperan penting di sekolah Minggu dan pemuda.

“Dalam menyampaikan bahaya HIV dan hal-hal negatif lainnya itu di sekolah Minggu,  diskusi, di asrama, juga bisa tergantung hamba Tuhan siapa yang hadir di situ,” jelasnya.

Titus mengatakan anak-anak yang berada di asrama dan di tempat kost, aktivitas mereka seperti apa, tidak diketahui.

“Walau di gereja bicara soal waspada dan tekanan-tekanan kepada mereka, tetapi kita tidak tahu apa yang dilakukan di luar sana. Ini menandakan bahwa dia belum bertobat, jadi dia mau lakukan apa saja bisa, seperti tidak tahu berdoa dan pemalas dengar firman Tuhan,” ucap Tutus Yikwa.

Namun ia berharap gereja-gereja tidak bosan menyampaikan hal ini terus menerus kepada generasi muda ini di setiap kelas.

“Saya pikir sekolah Minggu saja tidak cukup, kalau bisa itu di kelompok komunitas juga mengajarkan mereka bagaimana tulang hidup ini harus jelas, bukan untuk di dunia tetapi di surga. Walau hal ini menjadi tanggung jawab orangtua namun gereja juga berperan,” katanya.

“Untuk mengubah hidup mereka itu pekerjaan roh Kudus, karena sekarang ini zaman yang paling bahaya dan yang mengubah itu Tuhan, karena ada anak yang bisa mendengar dan ada yang bisa menolak ajaran itu,” kata Titus.

Marta Ibo, warga jemaat Baptis asal Sentani, mengatakan generasi Papua saat ini semakin habis.

“Anak-anak muda Papua saat ini semakin habis, karena apa? Penyalahgunaan narkoba dan aktivitas seksual berisiko yang menyebabkan mereka terinfeksi HIV. Kalau sekarang saja sudah banyak yang mati, bagaimana dengan dua tiga tahun ke depan? Orang Papua akan habis sampai nanti tersisa 15 ribu jiwa saja,” ucapnya.

Marta mengatakan anak-anak muda sekarang harus menjaga hidup ini dengan baik dan juga peran orangtua sangat penting dalam mendidik anak supaya selalu ada di jalan yang benar.

“Tiga atau empat tahun ke depan kita orang Papua akan habis hanya karena penyakit ini. Coba lihat di Sentani, mobil ambulans itu 10 kali jalan, setelah dicek, orang Papua yang meninggal. Itu yang terhitung, belum yang tidak terhitung, yang di pedalaman sana dalam satu hari itu bisa puluhan orang yang mati karena AIDS,” tandasnya. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply