Gara-gara barang dagangan, lorong Pasar Pharaa semakin sempit

Salah seorang pedagang di Pasar Pharaa, Sentani, menata barang jualannya, - Jubi/Yance Wenda
Salah seorang pedagang di Pasar Pharaa, Sentani, menata barang jualannya, – Jubi/Yance Wenda

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Lorong tempat lalu-lalang para pengunjung Pasar Pharaa di Sentani, ibukota Kabupaten Jayapura, Papua, semakin sempat karena banyak pedagang pasar yang menaruh barang dagangan di sana. Kondisi itu mengurangi kenyamanan para pengunjung yang berbelanja di Pasar Pharaa.

Read More

Dalam penataan Pasar Pharaa pada 2019 lalu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Jayapura, Yos levie Yoku, mengimbau pedagang mematuhi batas lapak atau kiosnya, sehingga lorong pasar selebar 2 meter kosong dari barang dagangan. Dari pantauan Jubi pada Jumat (28/2/2020), semakin banyak pedagang yang menaruh barang dagangannya melebihi batas lapak mereka, sehingga lorong Pasar Pharaa menjadi semakin sempit.

Kini, para pengunjung Pasar Pharaa harus berjalan di antara deretan barang dagangan para pedagang. Di beberapa titik, lebar jalan akses yang tersisa bagi pengunjung pasar hanya berkisar 1 meter.

Salah seorang pedagang di Pasar Pharaa, Eta Wally mengakui para pedagang pasar sudah tidak mematuhi batas lapak berjualan mereka. “Saya perah bilang [kepada teman-teman] pedagang untuk tidak atur [menarung barang] jualan sampai peleh [atau menghalangi] jalan. [Kalau menghalangi jalan], aktivitas pengunjung terganggu,” kata Wally pada Sabtu (29/2/2020).

Ia berharap setiap pedagang Pasar Pharaa mematuhi aturan dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Jayapura maupun kepala pasar. “Kalau bisa, kepala pasar harus tertibkan pedagang yang [barang] jualannya sampai pele jalan. [Pasar harus] diatur supaya kelihatan rapi dan tidak berhamburan,” ucap Wally.

Salah satu pengunjung Pasar Pharaa, Muhamad Abraham Saleh mengeluhkan lorong pasar yang semakin sempat. “Karena barang jualan memenuhi lorong pasar, lorong pasar menjadi sempat. Orang mau berlalu-lalang menjadi agak sulit,” keluhnya.

Ia berharap para pedagang di Pasar Pharaa mau menata dagangan mereka agar tidak ditaruh di lorong pasar. “Pedagang harus beri ruang gerak bagi setiap pengunjung dan pembeli agar bebas. Yang saya lihat ini, tidak. Kiri-kanan semua atur jualan, jadi [pengunjung seperti saya] binggung juga,” kata Abraham.(*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply