Earth Hour Jayapura kembali lakukan Switch Off sebagai bentuk keresahan perubahan iklim

Ilustrasi.

Papua No.1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Dalam rangka memperingati Earth Hour 2021, WWF Papua dan komunitas Earth Hour Jayapura menginisiasi Switch Off atau memadamkan lampu yang dilaksanakan pada Sabtu (27/3/2021). Earth Hour Jayapura merupakan komunitas yang bergerak di bidang kepedulian lingkungan dan konservasi di kota dan kabupaten Jayapura.

Read More

Menurut Manager Program Papua WWF Indonesia, Wika A. Rumbiak, perjalanan panjang WWF di Papua sejak akhir tahun 1970-an, membuat mereka banyak belajar dari alam Papua dan masyarakatnya.

“Papua sebagai benteng terakhir keanekaragaman hayati serta kearifan lokal masyarakat asli Papua, merupakan berkat dan modal besar dalam membangun Papua. Kami belajar bagaimana kearifan lokal memaknai konservasi, sehingga kami berdiri bukan saja menjaga keanekaragaman hayati, tetapi bersama mitra lainnya mendukung pemerintah untuk membangun masyarakat di Papua melalui pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab dan berkelanjutan,” katanya.

Rumbiak juga menjelaskan, gerakan Earth Hour yang diinisiasi oleh WWF dan organisasi lainnya sejak 2007 di Australia, menempatkan manusia terutama generasi muda untuk menyuarakan keresahan akan dampak perubahan iklim.

“Dampak yang lambat laun mempengaruhi kita semua dari wilayah pesisir Papua, hingga pegunungan. Switch Off, memadamkan lampu selama satu jam setiap tahunnya pada Sabtu di Minggu ketiga Maret, merupakan gerakan global secara simbolis memberikan kesempatan bagi bumi untuk berhibernasi,” katanya.

Lanjutnya, Jayapura telah berpartisipasi dalam Earth Hour sejak 2017 dengan kegiatan Switch Off pertama kali di Bumi Cenderawasih, di Lembah Grime, tepatnya di lokasi ekowisata Isyo Hills, Rhepang Muaif, Nimbokrang.

“Kali ini empat tahun kemudian, kembali gerakan Earth Hour bicara untuk Grime yang luar biasa,” ucapnya.

Lembah Grime sendiri, kata dia, merupakan lembah yang kaya akan keanekaragaman hayati dan tidak hanya flora dan fauna.

“Jadi bagaimana masyakarat di dalamnya bisa mengelola kearifan lokal budaya mereka dengan menjaga lingkungan secara berkelanjutan,” jelas Rumbiak.

Tambahnya, pemerintah daerah dalam mendukung kearifan lokal tentunya dari hati ke hati, dan pemerintah jelas sudah mempunyai komitmen yang kuat. “Seperti yang disampaikan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A), mereka juga akan membantu memasarkan produk lokal yang sudah dikerjakan oleh kelompok-kelompok perempuan, dan komitmen ini penting dan perlu dikawal tidak hanya oleh WWF namun semua komunitas agar pemerintah mendukung penuh seperti apa yang telah diinisiasi oleh masyarakat,” ujarnya.

Rumbiak berharap, pesan dan semangat aksi ini diadopsi oleh masyarakat, komunitas, bisnis, serta pemerintah bukan saja di Tanah Tabi, tapi di seluruh dunia sehingga seluruh warga dunia dapat menunjukkan bahwa sebuah aksi individu yang sederhana sekalipun, bila dilakukan secara bersama-sama akan membuat kehidupan di bumi menjadi lebih baik.

“Jadikan gerakan ini menjadi sebuah gerakan lingkungan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana dan kapan saja dan berdampak bagi kehidupan manusia,” ujarnya.

Kepala Dinas P3A, Miryam Y. Saumilena mengatakan, kelompok-kelompok perempuan Papua yang mengerjakan kerajinan tangan itu ada di 139 di Kabupaten Jayapura.

“Kami juga sampaikan terima kasih kepada WWF karena telah membantu masyarakat di Repang Muaif wisata alam yang dikelola oleh Alex Waisomon, dalam membuat taman secara alami dan didukung oleh Pemerintah Kabupaten Jayapura. Di 139 kampung ada ikatan adat perempuan kampung, dan ikatan adat perempuan kampung ini dibiayai oleh dana Otsus, jadi dana Otsus yang dua persen ini satu persen diberikan dalam bentuk bantuan dan yang satunya dalam bentuk kegiatan, kerajinan tangan hingga sampai bisa dipasarkan,” jelasnya.

Lanjutnya, dari sumber daya alam yang ada bisa mendatangkan banyak kreativitas bagi mama-mama Papua dalam mengelola kearifan lokal. “Dari sumber daya alam itu bisa ada noken, suvenir, kuliner dan pernak-pernik lainnya yang dapat menambah kebutuhan hidup,” kata Miryam. (*)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply