Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Perempuan asal Sorong, Novalina Am Kambu menekuni usaha menjual asesoris untuk memanjang rambut—yang di Papua kerap disebut sebagai rambut sulam—dan jasa menganyam rambut sejak 2016. Usaha Kambu mampu bersaing dengan para kompetitornya, yang kebanyakan para pedagang non-orang asli Papua.
Novalina Am Kambu menuturkan sejak kecil ia telah dididik untuk mampu berwira usaha. “[Keterampilan] berjualan itu sudah diajarkan oleh orangtua sejak saya masih kecil. Orangtua kami jual hasil kebun, [sehingga bagi] saya berjualan bukan hal yang baru,” kata Kambu kepada Jubi pada Sabtu (11/9/2021).
Baca juga: 100 lebih pelaku UMKM mendaftar untuk dapat kredit Papeda
Kambu yang akrab disapa Nova menuturkan ia merasa membuang waktu jika hanya duduk di rumah dan tidak beraktivitas. “Saya mulai cari tahu dan mulai dengan usaha kecil-kecilan. Di awal-awal rugi, tapi Puji Tuhan, walau terselip di tengah-tengah, tapi Tuhan kasih berkat buat saya juga,” katanya.
Sebagai anak tertua, Kambu harus membantu membiayai sekolah adiknya. “Karena saya kakak yang tua, jadi saya jualan dan bantu kebutuhan adik di kampus. Sedikit-sedikit, sambil meringankan beban orangtua,” ucapnya.
Kini, toko Nova yang berada di Pasar Youtefa, Abepura, Kota Jayapura, Papua, semakin maju. Kian hari, kian banyak pelanggan yang mendatangi toko Nova yang ada di deretan penjual pakaian di sana.
Sejak kuliah
Nova telah merintis usahanya menganyam rambut sejak ia masih berkuliah. “Sejak kuliah saya sudah anyam-anyam rambut. Satu hari, kalau [ada] dua orang [pelanggan], saya bisa dapat [uang] Rp500 ribu. Dulu itu [orang] yang [meminta] anyam [rambut] itu sedikit saja,. Tapi sekarang, karena tren , semua [orang] mau anyam rambut,” tuturnya.
Nova tak pernah merasa ragu untuk terus mengembangkan usahanya. Ia juga tak takut bersaing dengan para pengusaha asosoris kecantikan lainnya, yang kebanyakan bukan orang asli Papua. Ia meyakini, jika mereka yang bukan orang asli Papua bisa berusaha, berarti orang asli Papua juga bisa berusaha.
“Kenapa mereka bisa dan kami tidak bisa? Mereka datang tidak bawa apa-apa, tetapi mereka berusaha. Siapa lagi kalau bukan kita, apalagi sekarang pedagang pendatang sudah jualan rambut sulam lagi. Kita berjualan sama-sama,” ucapnya.
Baca juga: Tak gengsi berwirausaha, Saul Demotekai memetik laba
Rambut sulam jualan Nova terdiri dari berbagai macam jenis dan warna, dengan harga yang relatif murah. Rambut sulam itu didatangkan Nova dari Yogyakarta dan Jakarta.
“Karena banyak yang jual, tidak mungkin saya jual dengan harga yang di atas [harga pasaran]. Paling murah Rp22.000, dan paling mahal Rp45.000. Untuk rambut [sulam keritik atau berombak] kriwil-kriwil itu Rp50.000,” ujar Nova.
Usaha Nova juga didera pandemi COVID-19, sehingga pendapatannya berkurang. “Kalau lagi sepi, pendapat paling rendah Rp300 ribu. Paling banyak Rp2 juta. Itu juga nasib-nasib saja,” katanya.
Salah satu pelanggan Nova, Santy Wonda mengaku sangat bangga dengan keberanian Nova. “Saya senang ada orang Papua yang berjualan rambut seperti dia. Apalagi dia berjualan di tengah-tengah para pedagang pendatang,” ujar Wonda.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G