Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Kebanyakan anak muda di Papua tidak berani menjadi pedagang atau berwira usaha dengan berjualan sayur, ikan, ayam dengan berkeliling dari rumah ke rumah. Namun tidak bagi Saul Demotekai, pemuda asal Genyem, Kabupaten Jayapura, yang tanpa rasa gengsi mau bekerja keras dan berdagang.
Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Santo Thomas Aquinas Jayapura jurusan agroteknologi budidaya pertanian itu tak merasa gengsi berjualan daging dan telur ayam lokal. Saul Demotekai merintis usahanya itu enam bulan lalu, dengan bermodalkan sepeda motor.
“Saya baru mulai berjualan tahun 2021, baru enam bulan, dengan modal motor. Ayam yang saya jual merupakan ayam kami ternakkan sendiri. Daging hingga telur yang saya jual [dari peternakan lokal],” kata Demotekai kepada Jubi di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, (25/8/2021).
Baca juga: 500 UMKM bakal terima pinjaman tanpa bunga lewat aplikasi Kredit Papeda
Demotekai sudah melihat peluang untuk berdagang daging dan telur ayam lokal sejak ia masih berkuliah. Pemuda asal Genyem itu tahu bahwa selama ini kebutuhan daging dan telur ayam di Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura dipasok dari Surabaya dan sejumlah daerah lain di luar Papua.
“Selama ini kami lihat ayam potong yang datang itu dari Surabaya dan daerah lain. Apakah yang didatangkan itu terjamin, kami tidak tahu. Saya memilih lakukan usaha jual ayam potong berlebel Ayam Jayapura AJI Chicken. Kami olah semua di Jayapura, kami anak-anak Papua yang buat dan jual,” kata Demotekai.
Dengan peternakan di Koya, Demotekai mengubah paradigma generasi muda Papua lainnya. Teman-teman sebayanya melihat Demotekai bekerja keras menjalankan usahanya.
Baca juga: OJK berharap kredit UMKM dari Kredit Papeda tepat sasaran
“Kami ada dua motor, satu di Kota Jayapura dan satu di Kabupaten Jayapura. Kami bawa dua boks ayam dengan ukuran dan harga masing-masing,jumlahnya 30 ekor ayam di setiap motor. Untuk harga ayam, mulai dari Rp34 ribu – Rp35 ribu. Kalau beli dalam jumlah banyak, bisa korting. [Kami juga membawa] satu rak itu telur, harganya Rp60 ribu per rak,” ujar Demotekai.
Demotekai mengajak anak muda di Papua membuang rasa gengsi untuk berdagang. “Kita sebagai anak Papua kita harus berusaha buang gengsi. Kalau kita gengsi, kita tidak bisa makan. Mari kita sebagai anak Papua maju bersama-sama dalam segi apa saja, tanpa ada gengsi,” ujar Demotekai.
Warga Kabupaten Jayapura, Amos Cozy mengapresiasi kegigihan Demotekai. “Itu contoh baik, karena dia mau ciptakan lapangan kerja, bukan tunggu lapangan kerja,” jelas Amos.
Amon menyatakan jika ada lebih banyak anak muda Papua yang mau berwirausaha, Papua akan merdeka dalam hal ekonomi. “Kita merdeka dulu dalam hal seperti itu, dan merdeka di atas tanah sendiri,” ujarnya.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G