Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Riuh kendaraan di Jalan Percetakan, Kota Jayapura, Papua beradu dengan suara pedagang asli Papua di Pasar Mama-mama Papua. Perlahan saya mendekati pasar itu, melihat Mama-mama Papua yang sedang sibuk membersihkan pasar, beradu cepat dengan para anggota Satuan Polisi Pamong Praja yang membongkar dan mengangkut berbagai barang yang mereka anggap tak terpakai atau tak layak pakai.
Jumat (3/9/2021) itu, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mengangkut sejumlah gerobak tak bertuan keluar dari pasar. Jika mereka mendapati ada meja atau gerobak yang mereka anggap tak bertuan, meja dan gerobak itu segera diangkut keluar pasar.
Sebagian Mama-mama Papua harus merelakan meja jualannya diangkut pergi. Tapi ada pula pedagang yang protes. Salah seorang Mama Papua penjual sagu dan sagu lempeng, Tabita Yaru tak rela melihat meja jualannya yang berbahan kayu diangkat dan dibawa Satpol PP.
Baca juga: Benahi Pasar Mama-mama sebelum PON XX Papua dimulai
“Saya bilang, tidak usah angkut meja. Mereka angkat saya punya meja. Sempat saya marah. Saya tidak tahu apakah mereka akan mengganti meja [tempat] jualan [saya] atau tidak,” katanya.
Aksi Mama Yaru itu membuat situasi sempat tegang. Sejumlah pengurus Solidaritas Pedagang Asli Papua (Solpap) berusaha menenangkan Mama Yaru, hingga sang mama pun berdiam melihat meja jualannya diangkut Satpol Pol PP. Sejumlah petugas Satpol PP lalu menata beberapa meja baru berbahan logam, bantuan dari Pemerintah Kota Jayapura.
Yaru mengatakan berbagai gerobak dan meja jualan itu bukannya tak terpakai. Gerobak dan meja jualan itu ditinggalkan para penjualnya, karena Pasar Mama-mama Papua semakin sepi pembeli. Para mama akhirnya memilih keluar pasar, berjualan di pinggir jalan, di emperan toko dan trotoar, hingga menjadi pasar kaget baru.
“Sekarang saya menjual pinang eceran di depan Toko Sonny. Nanti pada bulan Januari baru saya masuk kembali ke Pasar Mama-mama Papua,” katanya.
Baca juga: Pasar Mama-mama Papua ini sebenarnya untuk siapa ?
Mama penjual makanan siap saji, Diana Torlain yang akrab disapa Usi, meminta Pemerintah Kota Jayapura tidak melulu menertibkan para mama di Pasar Mama-mama Papua. Ia meminta Pemerintah Kota Jayapura juga menertibkan para pedagang di emperan toko dan jalan, karena pasar kaget itu membuat warga Kota Jayapura tak lagi mengunjungi Pasar Mama-mama Papua.
“Pemerintah jangan menertibkan kami di Pasar Mama-mama Papua. Pemerintah juga diharapkan menertibkan penjual pinang dan sayuran yang belum berjualan di Pasar Mama-mama Papua,” katanya.
Usi pun menuturkan berbagai kendala yang dihadapi para mama yang berjualan di Pasar Mama-mama Papua. “Kami yang berjualan di Pasar Mama-mama Papua itu membutuhkan modal usaha, air bersih, dan pembinaan. Pemerintah tidak pernah merealisasikan pelatihan [bagi mama Papua]. Saya harap, ke depan pemerintah bisa realisasikan aspirasi Mama-mama pedagang asli Papua,” katanya.
Baca juga: PB PON Papua sudah siapkan seremonial pembukaan PON XX
Ketua Solpap, Frengky Warer menyebut penertiban Pasar Mama-mama Papua itu dilakukan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil, Menengah (Perindagkop UKM) Kota Jayapura. “Mereka datang untuk membersihkan areal pasar, karena Pekan Olahraga Nasional [atau PON XX Papua semakin dekat]. Pasar Mama-mama Papua itu memang [pusat Kota] Jayapura, dan juga Papua, sehingga pasar itu harus dibersihkan,” katanya.
“Satpol PP bekerja sama dengan polisi, tentara. Mereka mengangkut barang-barang yang tidak terpakai di area Pasar Mama-mama Papua, seperti meja jualan yang tidak bertuan, hampir 17 meja. Sisanya adalah kayu bekas bangunan warung,” katanya.
Warer menjelaskan Pemerintah Kota Jayapura juga berencana mengecat ulang Pasar Mama-mama Papua yang dulu diresmikan Presiden Joko Widodo itu. “Secara organisasi, Solpap mendukung upaya pemerintah membersihkan Pasar Mama-mama. Menjelang [pelaksanaan] PON XX, semua [kawasan] harus dibersihkan, termasuk juga pasar,” katanya.
Baca juga: Sukseskan PON Papua, Diskominfo Jayapura distribusi TV sinage
Warer mengatakan selama ini ada pedagang yang memiliki lebih dari satu meja jualan, dan banyak pedagang tidak menggunakan meja jualan mereka. Ia berharap, setelah penertiban itu, tidak ada lagi tambahan meja, karena pasar harus tertata.
“Apabila ada pengadaan meja jualan dari Pemerintah Kota Jayapura, atau dari pihak manapun, kami akan menaruh di tempat yang layak. Tidak semua tempat akan ditaruh meja, sebab ada lahan parkir untuk pengunjung dan membeli jualan para mama di pasar,” kata Warer.
Kepala Dinas Perindagkop UKM Kota Jayapura, Robert LN Awi yang turun memimpin penertiban Pasar Mama-mama Papua pada Jumat menyebut pihaknya akan menertibkan semua pasar di Kota Jayapura, demi menata pasar agar menarik perhatian tamu PON XX Papua. “Ada enam pasar yang akan diinspeksi oleh Satpol PP bersama TNI dan Polri dalam waktu dekat ini,” ujar Awi.
Awi mengatakan pihaknya juga membongkar tenda yang dipasang pedagang tanpa izin. “Kami membersihkan tenda yang tidak berpenghuni, meja jualan yang tidak dipakai. [Kami juga mengosongkan] kamar mandi digunakan sebagai kamar tidur. Kamar mandi difabel, ruang difabel [yang] digunakan untuk tempat tidur kami bersihkan,” katanya.
Baca juga: Semua yang terlibat dalam PON Papua harus divaksinasi
Awi mengapresiasi Mama-mama yang antusiasme ikut membersihkan tempat tempat jualan yang tidak terpakai. “Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Mama-mama yang sudah membantu, bekerja sama untuk membersihkan Pasar Mama-mama Papua ini. Kami bersama sama mengangkut barang-barang seperti meja yang tidak berpenghuni. Semua sudah kita bersihkan agar pasar tetap sehat, dan Mama yang berjualan juga tetap sehat,” katanya.
Awi mengatakan, apabila Mama-mama merawat pasar itu dengan baik dan menjaga kebersihan, pengunjung akan merasa nyaman. “Kami tidak perlu lagi merawat turun membersihkan pasar. Saya harap ke depan Mama-mama sendiri yang membersihkan pasar, agar pengunjung [yang] datang merasa senang,” katanya.
Awi juga meminta Mama-mama Papua membersihkan dan menata meja tempat jualan mereka, agar pasar tidak terlihat kumuh. Selain itu, area parkir Pasar Mama-mama Papua harus dijaga tetap kosong dan tidak dijadikan tempat berjualan.
“Saya harap agar pedagang asli Papua yang mempunyai meja jualan di pasar menata [mejanya] dengan baik. Jangan menaruh [meja] di pinggir tembok yang seharusnya dijadikan taman bunga. Kalau tempat parkir kalian gunakan untuk berjualan, lalu pembeli yang datang parkir di mana?”
Awi berpesan para mama Papua agar jangan membuang ludah pinang sembarangan. “Tadi saya di lantai 2 dan 3, banyak ludah pinang yang dibuang sembarangan. Kalau orang luar yang datang, tentunya mereka tidak akan betah makan di pasar,” kata Awi. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G