Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang sudah mulai terlihat. Kesadaran untuk mengumpulkan sampah kaleng, karton, dan benda jenis lain untuk didaur ulang, terus dibangun dan didorong. Hasilnya, warga termotivasi untuk membersihkan lingkungan tempat tinggalnya.
Seperti yang dilakukan Pemerintah Distrik Sentani, beberapa waktu lalu. Untuk bisa mengikuti lomba futsal, setiap klub harus mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang, dalam jumlah tertentu, untuk dikonversi dalam rupiah, sebagai pengganti uang pendaftaran.
Fraulin Sokoy, perempuan asal Sentani, sudah berpartisipasi mengumpulkan sampah bekas pakai ke bank sampah Kenambai Umbai Kabupaten Jayapura.
“Saya berpartisipasi sudah satu bulan dan yang saya lihat dengan dilakukan seperti ini lebih merangsang kita untuk peduli akan lingkungan dan ini kegiatan yang positif,” ucapnya.
Sampah botol plastik air mineral, ia bersama adik-adik BM FC.
“Kita bagi waktu, jadi ada hari latihan dan hari untuk kita kerja mengumpulkan barang bekas dan yang hari ini saya bawa ini di kantong sampah besar dan kantong-kantong kecil ini yang dikumpulkan dalam dua hari. Waktu kita ambil sampah itu kita pilih lagi jadi tidak asal ambil saja begitu supaya saat kerja itu tidak dua kali,” jelas Sokoy, kepada wartawan di Sentani, Sabtu (13/7/2019).
Fraulin berharap keberadaan bank sampah ini harus terus ada karena dengan adanya bank sampah ini sudah membantu kebersihan di kota Sentani.
“Bank sampah ini harus tetap ada terus dan jangan sampai hilang begitu, apalagi sampah di Kota Sentani ini banyak sekali, jadi dengan seperti apa yang kita lakukan ini sampah bisa berkurang,” katanya.
Hal lain disampaikan seorang pelajar SMA Kristen Koinonia, Milison Lambe. Dalam tim sepak bola, ia bersama teman-teman diwajibkan untuk mengumpul sampah kaleng untuk keperluan daftar bola kaki.
“Pelatih ada suruh kami cari botol–botol air mieral, jadi kami jalan cari. Kami cari ini untuk daftar tim bola kaki untuk bermain karena pendaftara tidak pake uang tapi bayar pake sampah,” jelas Lambe. (*)
Editor: Dewi Wulandari