Warga korban pergerakan tanah di provinsi Banten segera direlokasi

Papua
Ilustrasi retak akibat gempa, pixabay.com

Papua No.1 News Portal | Jubi

Lebak, Jubi – Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten siap merelokasi masyarakat Curugpanjang di Kecamatan Cikulur yang terdampak bencana pergerakan tanah.

Read More

“Kami siapkan lahan untuk relokasi seluas 2,5 hektare dengan 38 rumah, ” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak, Febby Rizky Pratama di Lebak, dikutip Antara, Minggu, (27/2/2022).

Baca juga : PGI imbau jemaat gereja berdoa dan bantu korban bencana
Pengungsi gempa Sulbar menolak direlokasi ke stadion
Satu kelurahan ini bakal dihilangkan akibatkan bencana likuefaksi

Febby mengatakan Pemerintah Kabupaten Lebak berkomitmen membantu masyarakat yang terdampak bencana pergerakan tanah di Curugpanjang Kecamatan Cikulur.  “Saat ini, masyarakat setempat merasa ketakutan akan roboh rumah mereka dan menimpa pemiliknya, karena setiap hari terjadi pergerakan tanah, terlebih curah hujan tinggi,” kata Febby menjelaskan.

Menurut dia, pemerintah daerah memberikan solusi yang tepat untuk melakukan relokasi dan masyarakat sudah bersepakat untuk menerima relokasi tersebut.

Bahkan, lahan milik masyarakat Curugpanjang bersedia lahannya ditukar dengan lahan yang ditempatkan relokasi itu. Apalagi, mereka kini tinggal di pengungsian dan hidup tanpa nyaman.

“Kami secepatnya merelokasikan rumah warga, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran, ” katanya.

Sedangkan pembangunan relokasi nanti akan dibangun rumah instan sederhana oleh Dinas Permukiman Provinsi Banten. Pembangunan rumah intsan sederhana sangat layak sehingga kehidupan warga lebih sejahtera ditempat relokasi itu.

“Kami menjamin lokasi lahan yang direlokasi itu aman dari ancaman bencana alam,” kata Febby menjelaskan.

Ketua Relawan Tagana Kabupaten Lebak Iwan Hermansyah mengatakan pihaknya saat ini kembali membangun tenda pengungsian, karena daya tampung tiga tenda yang ada masih kurang untuk menampung masyarakat. Mereka warga yang tinggal di pengungsian juga mendapat makan tiga kali sehari dari dapur umum itu.

“Kami mengutamakan makanan nasi dan lauk pauk agar pengungsi tidak kelaparan, ” kata iwan. (*)

Editor : Edi Faisol

 

Related posts

Leave a Reply