Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Masyarakat tak mudah terprovokasi terkait kabar di media sosial tentang perusakan terhadap Pondok Pesantren (Ponpes) As-Sunnah di Desa Bagik Nyaman, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (2/1/2021) dini hari lalu.
“Secara umum karena media sosial juga, masyarakat harus hati-hati, jangan mudah terprovokasi,” kata Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag), Waryono, Senin (3/1/2022).
Waryono menyebut situasi Indonesia saat ini sedang damai dan kondusif. Namun, kondusifitas itu justru coba dirusak oleh para pihak yang berupaya memantik sentimen negatif di tengah masyarakat. Ia meminta masyarakat tak menelan mentah-mentah sesuatu yang belum terkonfirmasi kebenarannya.
“Lalu ada masyarakat yang coba cubit-cubit ini. Yang dicubit itu sesuatu yang sensitif. Saya imbau kepada masyarakat kritis dan tak menerima apa adanya informasi yang diterima,” ujar Waryono menambahkan.
Baca juga : Perusakan rumah ibadah di Inasi sudah ditangani polisi masyarakat diimbau tenangkan diri
Intoleransi di Madura, kali ini warga menolak pemakaman penganut Syiah
Intoleransi warga larang ibadah Natal jemaat sebuah gereja di Lampung
Menurut dia, Kemenag sedang berkoordinasi dengan Kemenag wilayah NTB dan Lombok Timur merespons perusakan pesantren tersebut. Ia juga akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak, termasuk kepolisian untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
“Itu termasuk Kakanwil Kemenag akan berkoordinasi dengan berbagai pihak. Karena ada pembakaran juga kan saat itu,” katanya.
Sejumlah pemberitaan mengabarkan ratusan orang melakukan perusakan terhadap Pondok Pesantren (Ponpes) As-Sunnah di Lombok Timur, NTB sekitar pukul 02.00 WITA Minggu dini hari.
Massa itu diduga tersinggung dengan potongan video ceramah seorang ustaz yang dianggap mendiskreditkan keberadaan makam keramat di Lombok. Video itu sempat beredar di media sosial. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol