Warga berharap Pemkot Jayapura rawat situs bersejarah

Salah satu situs perang Pasifik peninggalan Jepang di Hamadi. -Jubi/Timo
Salah satu situs perang Pasifik peninggalan Jepang di Hamadi. -Jubi/Timo

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Tidak hanya tempat wisata dengan pemandangan indah saja yang banyak dijumpai di Kota Jayapura tapi juga situs-situs bersejarah salah satunya di Hamadi, Distrik Jayapura Selatan, ada tank sisa peninggalan tentara Jepang saat Perang Pasifik.
Namun, situs bersejarah bagi warga Kota Jayapura ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat, sehingga terkesan kumuh karena dikotori sampah plastik.
“Kami lihat peninggalan sejarah yang ada di Teluk Youtefa khususnya di Pantai Hamadi ini tidak terurus dengan baik. Peninggalan sejarah harus diangkat, dibudayakan, dan direnovasi,” ujar salah satu warga di Kampung Enggros, Erik Merauje, Minggu (1/3/2020).
Merauje mengimbau Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura memperhatikan situs bersejarah, karena sangat penting sebagai wisata sejarah juga menjadi nilai tambah bagi masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pariwisata.
“Rangkul masyarakat setempat untuk menjaga dan melestarikan, supaya menjadi nilai aset bagi masyarakat dan pemerintah karena ada pendapatan bagi masyarakat. Daerah-darah wisata yang paling banyak di pantai, sudah tidak terawat dengan baik atau ditangani dengan baik,” jelas Merauje.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jayapura, Matias B. Mano, mengaku belum memperhatikan objek-objek wisata bersejarah (wisata alam, budaya, sejarah, agama), salah satunya peninggalan Jepang di Pantai Hamadi.
“Iya, kalau itu kami belum sentuh karena harus diprogramkan karena banyak yang harus dibenahi, dan penanganan objek wisata tidak secara bersamaan karena jangkauan pelayanan kami tidak cukup (petugas dan anggaran dana),” ujar Matias Mano.
Menurut Matias Mano, penanganan situs-situs bersejarah di Kota Jayapura perlu kerja sama dengan komunitas wisata sejarah sehingga keberadaan situs sejarah bisa dirawat.
“Kami sudah koodinasi dengan Lantamal X Jayapura. Apakah biaya penanganannya bisa sharing atau sepenuhnya Pemda Kota. Kalau Pemda maka harus diprogramkan dulu dan harus ada yang merawat,” jelas Matias Mano. (*)
Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply