Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Yayasan Pengembangan Sekolah Adat akan meluncurkan atau me-launching Universitas Adat Papua di Kampung Hobong, Kabupaten Jayapura pada Kamis, 21 Oktober 2021. Universitas tersebut diklaim sebagai yang pertama di Papua, bahkan Indonesia.
Direktur Yayasan Pengembangan Sekolah Adat di Kabupaten Jayapura, Papua Origenes Monim mengatakan universitas tersebut akan memiliki dua fakultas, yaitu Fakultas Hukum Adat dan Fakultas Pendidikan Adat.
“Ide munculnya Universitas Adat Papua tidak terlepas dari keinginan agar generasi muda dapat melestarikan dan mempertahankan adat-istiadat dan budaya Papua, tidak kehilangan bahasa ibunya,” katanya.
Yayasannya, kata Monim, mencoba mempertahankan dan mengembalikan adat dan budaya Papua dengan mengajak generasi muda belajar di salah satu institut resmi.
BACA JUGA: STK Touye Paapa Deiyai akan beralih status menjadi perguruan tinggi negeri
“Untuk bisa mengembalikan diri melalui beberapa mata-mata kuliah, ada beberapa jurusan yang kita bangun untuk mempertemukan ia dengan jati dirinya,” ujarnya.
Universitas Adat Papua direncanakan berdiri di atas lahan seluas 15 hektare di Bukit Hawe, Kampung Hobong, Kabupaten Jayapura. Pembangunan diperkirakan membutuhkan anggaran Rp500 miliar. Tidak hanya untuk infrastruktur, tetapi juga kapal untuk mengangkut mahasiswa pulang-pergi ke kampus.
Monim mengatakan nantinya Universitas Adat Papua akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas, yakni gedung rektorat, gedung jurusan dan fakultas, laboratorium, perpustakaan, galeri, serta asrama bagi mahasiswa putra dan putri.
Universitas Adat Papua terdiri dari Fakultas Hukum Adat yang memiliki tiga program studi, yakni Hukum Adat, Pemerintah Adat, serta Tradisi dan Peradaban. Sedangkan Fakultas Pendidikan Adat memiliki lima program studi, yaitu Pendidikan Kebahasaan dan Satra, Pendidikan Adat dan Tradisi, Pendidikan Kesenian dan Kebudayaan, Sejarah dan Etnografi Suku Bangsa, serta Pendidikan Tata Boga Tradisional.
“Kita buka dulu dua fakultas ini karena disesuaikan dengan tuntutan pasar kerja. Melalui dua fakultas ini generasi muda diisi dengan pendidikan hukum, tata krama, dan etika. Itu ada di Fakultas Hukum Adat dan Pendidikan Adat,” ujarnya.
Sedangkan di Fakultas Pendidikan Adat mahasiswa akan belajar tentang teknologi tradisional yang akan dipandukan dengan teknologi terkini, supaya adat ini tidak ketinggalan zaman.
“Kurikulum akan dimulai dengan melakukan studi kelayakan. Di studi kelayakan itu akan terlihat kurikulum seperti apa yang disusun dan dibutuhkan. Itu akan dibahas bersama dalam studi kelayakan UAP nanti,” katanya.
Monim mengatakan untuk awal Universitas Adat Papua akan menerima 200 mahasiswa yang diprioritaskan terlebih dahulu berasal dari wilayah adat Mamta. Tetapi tidak tertutup kemungkinan akan menerima mahasiswa dari seluruh Indonesia.
“Siapa saja yang mau belajar tentang adat silahkan mendaftar di UAP ini,” ujarnya.
Universitas Adat Papua, kata Monim, akan menggratiskan biaya kuliah. Karena itu membutuhkan sumber anggaran dari Otonomi Khusus dan bantuan Kementerian.
“Saya berharap Otsus memberikan peluang sebesar-besarnya kepada masyarakat untuk mengembangkan pemberdayaan manusia melalui UAP ini,” katanya.
Selain itu, Universitas Adat Papua membutuhkan 30 dosen yang melalui tahapan verifikasi sesuai dengan standar yang diinginkan. Selain itu beberapa dosen Universitas Cenderawasih juga akan membantu mengajar.
Ia mengatakan sudah berkoordinasi dengan akademisi Uncen pada 11 Oktober 2021.
“Mereka sudah memberikan ruang seluas-luasnya kepada kami untuk melakukan kerja sama dalam hal tenaga pendidik, mereka akan membantu mengajar di beberapa jurusan yang ada di UAP,” ujarnya.
Izin operasional, kata Monim akan diproses ke kementerian. Pihaknya membutuhkan rekomendasi dari Aliansi Masyarakat Adat Indonesia (AMAN).
“Nanti pada saat pembahasan kongres AMAN seluruh Indonesia pada Oktober 2022 yang akan diadakan di Kabupaten Jayapura akan dibahas dalam satu komisi, hasilnya akan merekomendasikan agar Menteri keluarkan izin operasional,” katanya.
Karena itu Monim berharap semua pihak, baik Kementerian maupun pemerintah daerah, terutama Pemkab Jayapura memberikan dukungan penuh.
“Mari kita kembangkan Universitas Adat Papua dari Papua untuk Indonesia,” ujarnya.
Leki Kenelak, 23 tahun, mengapresiasi rencana peluncuran Universitas Adat Papua tersebut. Menurutnya universitas tersebut sangat penting supaya budaya Papua tidak punah tergerus kemajuan era global.
“Kita sekarang kebanyakan pakai bahasa Indonesia, bahkan cara berpakaian mengikuti orang luar sehingga kita punya budaya sendiri kita lupa,” katanya.
Mahasiswa Semester 8 Jurusan Informatika Universitas Yapis Papua tersebut mengatakan karena universitas tersebut baru pertama maka membutuhkan sosialisasi, baik kepada masyarakat maupun ke sekolah.
“Supaya siswa ada motivasi untuk masuk di UAP,” ujar mahasiswa yang aktif di Mapala Yapis Papua tersebut.
Kenelak berharap masyarakat, terutama orang tua dan pemda, memberikan perhatian dan dukungan terhadap rencana pendirian Universitas Adat Papua.
“Pemerintah perlu memberikan perhatian serius, karena ini bagian dari identitas orang Papua, sebab itu perlu dukungan dalam pengembangannya,” katanya. (*)
Editor: Syofiardi