Papua No.1 News Portal | Jubi
Wamena, Jubi – Pintu utama atau pagar masuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena, sejak Senin (18/10/2021) pagi, dipalang puluhan tenaga kontrak cleaning service di rumah sakit tersebut.
Aksi pemalangan tersebut buntut dari rasa kecewa beberapa petugas kebersihan di rumah sakit, karena nama mereka tidak masuk dalam pengajuan untuk dapat diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
“Tuntutan kami semua, jika ke depan ada peluang formasi CPNS kami bisa diakomodir, karena kami ingin menjadi pegawai,” kata perwakilan petugas kebersihan rumah sakit, Wayau Wetipo.
Ia akui, saat ini Jayawijaya mendapatkan kuota penerimaan atau pengangkatan tenaga honor maupun kontrak menjadi calon pegawai. Dari informasi itu, mereka diminta untuk mengumpulkan berkas. Namun ketika sejumlah petugas kebersihan di rumah sakit Wamena mengumpulkan berkas, tidak ada nama-nama mereka dalam kepengurusan itu.
“Kami sudah kumpulkan berkas hampir tiga kali, dari 35 orang yang bertugas di rumah sakit,” katanya.
Aksi palang akses pintu utama masuk RSUD tidak berlangsung lama, setelah pihak kepolisian dan manajemen rumah sakit mengadakan dialog bersama seluruh petugas kebersihan tersebut.
Menjawab hal itu, Direktur RSUD Wamena, dr. Felly Sahureka menjelaskan terkait dengan kuota pengangkatan CPNS atau K2 ini, semua ada prosedurnya, dimana ada aturan yang dikeluarkan dari kementerian sehingga kuotanya terbatas.
Menurutnya, dari jumlah kuota penerimaan tersebut, untuk Jayawijaya ada kurang lebih 600 orang, dan khusus di RSUD sendiri ada yang telah memasukkan sekitar 200 orang lebih, namun masih jadi pertanyaan apakah jumlah tersebut memang dibutuhkan karena harus dibagi di SPKD lainnya.
“Akhirnya kami menyaring betul-betul tenaga yang dibutuhkan sesuai dengan analisis jabatan, kami pun telah buat perincian sehingga yang dibutuhkan rumah sakitlah yang dicari,” katanya.
Meskipun memang ada beberapa orang yang masa kerjanya dianggap baru, kata dr. Felly, namun tenaga tersebut dianggap langka dan sangat dibutuhkan rumah sakit.
“Semua tenaga memang kita butuh, tetapi kembali lagi ke peta maupun analisis jabatan, apakah betul-betul tenaganya dibutuhkan untuk mengisi kuota di rumah sakit,” katanya.
Selanjutnya, kata dia, manajemen rumah sakit akan berkoordinasi dengan pimpinan, namun seperti apa kebijakan yang akan diambil tergantung dari pimpinan daerah, sesuai dengan kuota yang didapat Jayawijaya untuk pengangkatan tenaga kontrak ini. (*)
Editor: Kristianto Galuwo