Solpap berduka lagi

Methy Ronsumbre, bendahara Solpap semasa hidupnya - Jubi/IST
Methy Ronsumbre, bendahara Solpap semasa hidupnya – Jubi/IST

Papua No. 1 News Portal | Jubi

AIR mata belum kering, ditambah lagi tetesan air mata baru adalah ungkapan untuk menggambarkan rasa kehilangan terhadap sosok pejuang pasar mama-mama Papua di Kota Jayapura, Methy Ronsumbre.

Read More

Ronsumbre adalah aktivis dan bendahara Solidaritas Pedagang Asli Papua (Solpap). Beliau meninggal di RSUD Jayapura, karena sakit, Senin, 18 Februari 2019, sekitar pukul 6.30 sore, waktu Papua.

Setelah jenazahnya disemayamkan di rumah duka Jalan Worot atau sekitar Asrama Haji Kotaraja, Kota Jayapura, dia diterbangkan ke Biak, daerah asalnya.

Rosumbre adalah istri Robert Jitmau, yang meninggal beberapa tahun silam di Jayapura.

Robert yang biasa disapa Rojit merupakan pejuang pasar mama-mama Papua. Dua pasangan ini sama-sama mengabdikan hidupnya untuk orang-orang terpinggirkan, terutama mama-mama Papua yang berjualan di pinggir jalan.

Dia selalu memimpin demo untuk menuntut pemerintah daerah dan pusat agar mendirikan pasar bagi para pedagang asli Papua.

Upaya itu berhasil hingga pasar permanen berdiri tegak di Jalan Percetakan Kota Jayapura, dan dapat menampung 500-an pedagang.

Namun, naas menimpa Rojit. Dia tewas karena ditabrak orang tidak dikenal dengan menggunakan mobil di Jalan Ring Road, Kelurahan Hamadi, Kota Jayapura, tiga tahun lalu. Pria 42 tahun itu meninggal saat berdiskusi dengan dua temannya, Melianus Diwitauw (22) dan Nehemia Yarinap (32).

Tiba-tiba sebuah sedan berwarna putih langsung menghantam Rojit dan rekannya Melianus yang sedang duduk di badan jalan.

Bagi para pedagang Pasar Mama Papua, kepergiaan Rojit sangat mengejutkan. Rojit adalah Sekretaris Solpap, sebuah wadah yang berdiri tahun 2009, untuk menaungi mama-mama Papua yang berdagang di Kota Jayapura.

Sejak kepergian Rojit, Methy Ronsumbre aktif dalam berbagai aksi Solpap dan dipercayakan sebagai bendahara, hingga menghembuskan nafas terakhirnya.

Aktivis Solpap, Karon, mengatakan selain aktivis Ronsumbre juga bekerja sebagai dosen di Universitas Cenderawasih (Uncen). Dia mengajar pada Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

“Ia bertekad dengan kapasitasnya sebagai dosen. Ia mau mendidik anak-anak Papua di kampusnya menjadi mahasiswa yang cerdas dan kritis terhadap persoalan-persoalan sosial di Papua, yang kelak dapat membangun rakyat Papua lebih maju, adil, dan bermartabat,” ujar Karon kepada Jubi, Selasa, 19 Februari 2019.

Menurut Karon, Ronsumbre semasa hidupnya menorehkan banyak jasa dalam membangun gerakan revolusioner pembebasan rakyat Papua. Dia punya andil membangun Gerakan Demokratik Rakyat atau Garda Papua, Solpap, Forum Independen Mahasiswa (FIM), dan gerakan revolusioner kaum muda Papua lainnya, khususnya gerakan perempuan.

“Methy merupakan kader termaju Garda Papua. Kami akan terus melanjutkan perjuangannya untuk mendampingi mama-mama Papua di pasar,” kata Karon.

Penulis novel Mawar Hitam Tanpa Akar, Aprilla R.A. Wayar, mengaku kaget atas kepergian Ronsumbre.

“Kaka Methy terlalu muda. Kaka susul kaka Rojit ka. Ado… sio hati hancur skali. Jalan perjuangan ini masih panjang kaka. Kaka kasi tinggal kami berjuang sendiri,” tulis Aprilla disertai emotikon menangis, dalam laman facebook-nya.

Bagi Aprilla, Rojit dan Ronsumbre adalah pasangan yang menginspirasi dia.

“Banyak kisah kita selama hampir 18 tahun saling kenal. Salam untuk kaka Rojit di surga,” lanjut dia.

Sekretaris Solpap, Natan Naftali Tebai, menilai Methy Ronsumbre bukan lagi orang Biak, melainkan milik semua orang Papua. Dia merupakan salah seorang perempuan Papua yang berjuang bagi kepentingan mama-mama.

“Selama ini Methy konsisten untuk menyiapkan generasi Papua di masa mendatang. Ia sebagai dosen. Semasa hidupnya menyiapkan mama-mama membangkitkan semangat mama untuk berjuang,” kata Natan Tebai.

Maka kepergian Ronsumbre merupakan kehilangan bagi perempuan Papua dan Solpap. Teladan itu ditunjukkannya hingga maut menjemput dia.

“Kami juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga besar Ronsumbre dan juga semua orang Biak yang sudah dan akan menerima almarhum Methy,” ujarnya. (*)

Editor: Timo Marten

Related posts

Leave a Reply