Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sadar akan pentingnya pendidikan, jadi penyemangat bagi Lea Pigai berjuang agar anaknya dapat mencicipi ilmu hingga ke perguruan tinggi. Demi mewujudkan itu, setiap hari Pigai datang jualan ke Pasar Hamadi dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore.
“Anak saya ada tiga, yang besar sudah kelas enam SD (sekolah dasar). Harapan saya ini semoga anak-anak saya menjadi orang sukses dan menjadi berkat bagi orang lain,” ujar Pigai di Pasar Hamadi, Sabtu (22/2/2020).
Lebih jauh, Pigai bercerita, masih memiliki suami dan tak ingin membebaninya dalam urusan rumah tangga. Sebagai perempuan, ia menunjukkan kalau dirinya bisa bekerja demi membantu perekonomian keluarga.
Dia berusaha semampunya kerja agar bisa membahagiakan anaknya.
“Pendidikan itu sangat penting dan sudah menjadi kewajiban orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya,” ujar Pigai yang sempat malu-malu saat dimintai wawancara.
Bermodalkan jarum sulam, Pigai duduk tenang tertunjuk sambil menyulam benang hingga menjadi sebuah noken. Pigai begitu teliti dan berhati-hati, tidak terburu-buru karena baginua noken yang berkualitas tentunya akan cepat laku dijual.
“Kalau tidak kerja, mau kasih sekolah anak mau ambilkan uang dari mana. Saya harus semangat. Sekarang saya punya umur sudah 30 lebih,” ujarnya sambil tersenyum.
Untuk bisa menghasilkan noken berkualitas, dalam sehari Pigai hanya bisa mengerjakan dua noken untuk ukuran sedang, dan satu noken ukuran besar.
“Harga benangnya saya beli satu pak Rp 150 ribu, kalau satu gulung harganya Rp 20 ribu. Satu hari kadang laku hanya 1 sampai 2, kadang juga tidak sama sekali. Saya belajar bikin noken dari umur 12 tahun. Saya belajar sendiri,” ujar Pigai.
Senada Pigai, penjual noken lainnya, Desy Pekey, smp, mengatakan kesuksesan anaknya dalam meraih cita-cita adalah suatu kebanggaan baginya.
“Saya punya anak satu, sekarang sudah kelas lima SD. Semoga anak saya ini bisa menjadi anak yang bermanfaat bagi keluarga khususnya dalam keluarga,” ujar Pekey.
Sama seperti Pigai, Pekey setiap hari jualan di Pasar Hamadi, dan malamnya jualan di kota. Hal ini dilakukan agar bisa menyekolahkan anaknya sekaligus membantu perekonomian keluarga.
“Saya pakai modal sendiri. Suami saya ada kerja di kampung. Saya jualan noken kadang laku, kadang tidak. Kalau tidak jualan mau makan apa, pendidikan anak saya jadinya bisa terganggu,” jelas Pekey.
Desy yang hanya tamatan SMP ini, ingin anaknya bersekolah setinggi-tingginya.
Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Ellen Montolalu, mengatakan pendidikan merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
“Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia, dan merupakan investasi paling berharga dalam keluarga,” ujar Ellen.
Meski demikian, dikatakan Ellen, pendidikan tak hanya mengharapkan kesuksesan anak tapi juga pendidikan karakter anak sangat penting ditanamkan sejak dini.
“Pendidikan dilakukan tidak hanya untuk memberikan anak ilmu pengetahuan tetapi juga untuk menanamkan dan mensosialisasikan nilai-nilai dan norma-norma sehingga anak dapat mengamalkan pendidikan yang diperoleh di sekolah,” ujar Ellen.
Untuk itu, Ellen menekankan pentingnya pendidikan karakter pada anak, yang dimulai dari lingkungan keluarga sehingga menjadi sifat-sifat bawaan dalam lingkugan masyarakat.
“Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar, yaitu kepercayaan anak untuk keluar rumah, masuk rumah, dan masuk dalam kelompok sebaya. Karakter bawaan akan berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar yang baik,” jelas Ellen. (*)
Editor: Syam Terrajana