Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Aktivis perempuan Papua, Herlina Suebu mengatakan laki-laki Papua dan perempuan Papua harus saling membantu untuk membangun Tanah Papua. Herlina Suebu yang kini bermukim di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, menyatakan perempuan Papua harus diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang, termasuk politik, kewirausahaan, dan birokrasi.

“Laki-laki jangan menganggap [statusnya lebih] tinggi dari perempuan.  Kesetaraan gender itu harus diberlakukan dalam segala aspek kehidupan. Jangan semua bidang didominasi laki-laki, [lalu]  perempuan dikorbankan karena dominasi laki-laki,” kata Suebu kepada Jubi, Sabtu (11/6/2021).

Menurut Suebu, perempuan harus dibantu oleh laki-laki agar mampu mengembangkan potensi mereka dalam berbagai bidang. Laki-laki harus memotivasi perempuan untuk terus mengembangkan diri, dan tidak memperlakukan perempuan sebagai alat. Suebu meyakini perempuan harus diberikan kewenangan yang setara dengan laki-laki.

Baca juga: LBH Papua desak polisi proses hukum Bupati Dogiyai pelaku kekerasan perempuan

“Kami jumpai perempuan sering diiming-imingi untuk menjadi istri kedua,  atau ditiduri lalu diberi jabatan. Saya pikIr perilaku seperti itu harus dihentikan. Lihatlah perempuan Papua sebagai saudara perempuan kandungmu,” kata Suebu.

Ia mengingatkan jika perempuan Papua tidak mendapatkan perlindungan dan penghormatan yang baik, marjinalisasi terhadap kelompok perempuan itu akan berdampak terhadap perkembangan generasi Papua selanjutnya. Padahal laki-laki dan perempuan harus bersama-sama membangun Papua dan generasi Papua pada masa mendatang.

Baca juga: Politik anggaran di Papua belum untungkan kelompok perempuan

“Kalau laki-laki saja yang mendominasi posisi penting jabatan politik  atau birokrasi, masa depan Papua mau dibawa ke mana? Jangan membedakan perempuan dan laki-laki. Jangan laki-laki mereasanya dirinya tinggi,” tegas Suebu.

Direktur Direktur Eksekutif Perkumpulan Terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat (PT PPMA) Papua, Naomi Marasian masyarakat adat di Papua harus mengadopsi nilai dan pengetahuan modern yang mensyaratkan keterlibatan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Meskipun secara adat perempuan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan adat, perempuan Papua harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut urusan orang banyak, agar kepentingan perempuan dan anak terakomodasi dalam pengambilan keputusan itu.

“Perempuan Papua harus mendapatkan hak yang sama, agar bisa sama-sama berkompetisi dengan mewujudkan tujuan yang sama. Perempuan [Papua] belum banyak bekembang, karena tidak diberi kepercayaan  untuk berkiprah dalam semua aspek kehidupan,” kata Marasion. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Leave a Reply