Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Ketika orang asli Papua (OAP) tidak punya tanah (dusun sagu dan dusun bertani) lagi, maka orang asli Papua akan menjadi pengemis di tanahnya sendiri, bahkan akan berada di ambang kehancuran.
Demikian pesan yang selalu disampaikan oleh pimpinan gereja Katolik, Keuskupan Timika, Papua, Mgr. John Philip Saklil, Pr. Sejak dirinya menjadi Uskup pertama yang meliputi Mimika, Puncak Jaya, Puncak, Intan Jaya, Paniai, Deiyai, Dogiyai, Nabire, Serui dan Biak seruan untuk tidak menjual tanah senantiasa dia gaungkan secara berkala melalui suara kenabiannya.
“Hai orang asli Papua, jangan jual Dusun Sagu. Jangan juga kamu jual dusun bertani,” kata Uskup Mgr. John Philip Saklil, Pr kepada Jubi melalui pesan WhatsApp, Senin, (24/8/2018).
Menurutnya apabila dusun terjual habis, akan akan makan apa dan akan ke manakah anak cucu orang Papua kelak. “Orang asli Papua bisa hidup tanpa uang, tapi tak bisa hidup tanpa tanah,” ucapnya tegas.
“Kalau Dusun Sagu hilang, kamu mau makan Kelapa Sawitkah? Kalau dusun berkebun hilang, kamu tahu tanam Padikah?. Masyarakat harus menyadari,” katanya.
Uskup Saklil memprediksikan, bahwa di kala OAP tidak memiliki tanah maka mereka akan menjadi miskin dan melarat, bahkan akan punah dari negerinya sendiri.
"Kalau masyarakat asli (Papua) terus menjual tanah adat, maka anak cucu kalian akan menjadi orang yang tidak punya tanah. Anak cucu akan bilang bahwa kami punya tanah sudah dijual oleh orang tua kami, maka kini kami tidak punya tanah lagi," ujarnya.
Wakil Uskup Timika, P. Marten E. Kuayo, Pr menegaskan, kehadiran Sawit di tanah Papua terutama di wilaya kerjanya hanya meningkatkann pendapatan negara dengan mengabaikan kepentingan masyarakat lokal.
Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada Pemerintah Daerah (Pemda) di wilayahnya agar melakukan suatu kebijakan dan aturan yang melindungi tanah-tanah adat.
“Karena dengan aturan pemeritah akan menyelamatkan mereka (masyarakat asli Papua). Saya minta dengan hormat kepada pemerintah agar tolong membuat pemetaan tanah adat yang dapat menjadi sumber kehidupan bagi mereka,” katanya.
Ia mengatakan, di atas bumi Papua terutama di wilayah yang dipimpinnya, ada banyak kekayaan yang harus dijaga dan dilindungi oleh umat Katolik Keuskupan Timika. (*)