Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Mantan tahanan politik di Papua Barat, Sayang Mandabayan menyatakan aktivis kemanusiaan di Tanah Papua ibarat hewan buruan. Mereka selalu menjadi incaran aparat keamanan. Ia mengatakan hingga kini banyak aktivis kemanusiaan di Papua dan Papua Barat dikriminalisasi dengan berbagai tuduhan.
“Hari ini terlalu banyak kriminalisasi. Saya ibaratkan aktivis dan pejuang kemanusiaan hari ini seperti hewan buruan. Pemburu kalaupun banyak binatang buruan, yang sudah ditarget itu yang terus dikejar,” kata Sayang Mandabayan saat diskusi daring “Keleidoskop Papua 2020” yang diselenggarakan Redaksi Jubi pada malam pergantian tahun, Kamis 31 Desember 2020.
Menurutnya, ada banyak orang melakukan ujaran kebencian. Menyampaikan aspirasi atau pendapanya dalam berbagai bentuk aksi. Akan tapi negara melalui aparat keamanan menargetkan para aktivis. Ruang gerak mereka selalu diawasi.
“Hari ini para aktivis itu seperti hewan buruan yang memang sudah ditarget. Di media sosial banyak ujaran kebencian terhadap agama dan petinggi negara tapi tidak ditindaklanjuti. Negara menghalalkan segala cara [membatasi ruang berekspresi kelompok tertentu],” ujarnya.
Sementara, Direktur Elsam Papua, Mathius Adadikam mengatakan, 2020 memang tahun berat memperjuangkan HAM pada semua aspek.
“Hingga akhir tahun belum ada upaya yang meyakinkan kita pekerja kemanusiaan bahwa semua akan lebih baik. Kasus terus terjadi dan tak ada penanganan,” kata Adadikam.
Menurutnya, jika melihat berbagai peristiwa kekerasan dan upaya pembungkaman ruang demokrasi di Papua selama 2020, kita tidak dapat berharap pada 2021 ini situasinya akan lebih baik.
“Kita berharap tahun 2021 [lebih baik lagi]. Akan tetapi berbagai peristiwa pada 2020, membuat kita takut berharap. Berharap untuk penyelesaian pelanggaran di tanah Papua khususnya,” ucapnya. (*)
Editor: Edho Sinaga