Jayapura, Jubi – Siang itu, Selasa (18/2/2020), perempuan muda peranakan Alor-Puncak Jaya, Ross Kogoya, harus membantu kakak perempuannya jualan es jeruk manis. Selama dua hari, Ross bisa menghabiskan sekarung jeruk manis seberat 50 kg. Buah jeruk itu berasal dari Arso, Kabupaten Keerom, Papua.
“Iya kaka perempuan sudah berjualan selama setahun dan kaka menyerahkan kepada saya untuk melanjutkan,“ kata Ross kepada Jubi di depan Kantor Pos Waena, Selasa (18/2/2020).
Dia bilang ada motor dan alat pemeras jeruk jadi silakan berjualan.
“Saya tidak mau tinggal diam di rumah, lebih baik berjualan saja. Awalnya saya berjualan di Lingkaran (Abepura) tapi sekarang pindah ke Waena saja,” katanya sambil menawarkan jeruk peras manis kepada pelanggan yang lalu lalang di depan pertokoan Topaz Waena.
Lebih lanjut kata perempuan yang bersuamikan orang Timor ini, untuk membeli sekarung jeruk, suami dari kakak perempuannya harus pergi belanja di Pasar Youtefa pukul 01.00 WIT dini hari.
“Kalau belanja dari tangan pertama bisa mendapat harga sekarung jeruk manis Rp100 ribu. Tetapi kalau terlambat pukul 4 pagi, harga sudah naik menjadi Rp150 ribu sampai Rp200 ribu,” kata perempuan yang lama tinggal di Pulau Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini.
Dia mengaku baru saja pulang melihat ayah kandungnya di Mulia Kabupaten Puncak Jaya, merasa senang bisa bertemu dengan ayah kandungnya, Yanus Kogoya, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN).
Menanggapi pertanyaan Jubi soal berjualan es jeruk, Ross Kogoya mengaku tidak akan berpindah pekerjaan lain lagi karena berjualan es jeruk juga banyak pembeli dan dia sendiri yang mengatur serta tidak bergantung orang lain.
“Memang anak asli Papua tidak banyak yang berjualan es jeruk tetapi saya senang karena bisa memperoleh hasil penjualan sehari Rp165 ribu. Lumayan untuk menopang ekonomi keluarga di rumah,” kata Ross yang menikah dengan laki laki asal Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Ross Kogoya mengaku tidak langsung memesan jeruk dari Arso tetapi membeli di pedagang jeruk manis di Pasar Youtefa.
“Kalau terlambat ya terpaksa beli di pedagang pasar tangan kedua. Sebaiknya beli di tangan pertama, lebih murah,” katanya
Pembenihan jeruk Kabupaten Keerom
Sementara itu, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPPT) Papua, Muhammad Thamrin, belum lama ini telah melakukan serah terima bibit jeruk sebanyak 10.000 bibit untuk dikembangkan di Kabupaten Keerom.
Sesuai catatan Balai Karantina Pertanian Jayapura, produksi jeruk Keerom sudah mengalahkan jeruk Nabire untuk memenuhi kebutuhan pasar di wilayah Jayapura dan sekitarnya.
Menurut BPPT sebagaimana dilansir Antara, data topografi dan iklim wilayah Kabupaten Keerom dengan kemiringan sekitar 52,2 persen dengan curah hujan < 1.000 mm per tahun daerah ini cocok untuk pengembangan komoditas jeruk, bersama Kabupaten Nabire.
Kepala BPTP Papua, Muhamnad Thamrin, mengatakan masalah pertanaman jeruk seperti juga terjadi di Indonesia adalah penyakit terutama virus CVPD. Hal ini juga dipengaruhi oleh penggunaan tanaman yang tidak jelas asal usulnya, tidak memenuhi kriteria benih yang lebih baik untuk ditanam sehingga menyebarkan virus.
Bibit yang diserahkan BPPTP Papua termasuk bibit unggul dengan batang bawah JC (Japanese Citrus) yang tahan kekeringan dan genangan air seta batang atas Pontianak Siam adaptif di Papua dan agak tahan gangguan OPT. (*)
Editor: Dewi Wulandari