Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Pelaksana tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Jayapura, Alex Deu, mengatakan rehabilitas hutan sangat penting untuk penyelamatan sumber air.
“Upaya yang kami lakukan dengan penanaman pohon di sekitar sumber mata air sebagai langkah menjaga hutan agar terus menyediakan air,” ujar Deu di Kantor Wali Kota Jayapura, Senin (14/12/2020).
Menurut Deu, pesatnya pembangunan dan meningkatnya kebutuhan air bersih seiring bertambahnya jumlah penduduk dapat mengancam keberlangsungan lingkungan hidup, salah satunya hutan lindung.
“Kami berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Papua, kepolisian, dan organisasi masyarakat untuk menjaga hutan lindung,” ujar Deu.
Dikatakan Deu, menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan sebagai upaya meningkatkan daya dukung dan fungsi lahan sehingga berfungsi optimal menjaga ketersediaan air bersih untuk masyarakat.
“Tanpa dukungan dari masyarakat, keberlangsungan hutan dapat terancam. Hutan lindung ada 6 ribu hektare lebih, yang dimanfaatkan masyarakat terutama ketersediaan air,” ujar Deu.
Deu berharap, warga menjaga hutan sehingga sumber air tetap terjaga, dengan cara melakukan penanaman pohon dan tidak melakukan penebangan liar, serta tidak membuka lahan di area permukiman warga agar tidak terjadi bencana longsor dan banjir.
Sekretaris Daerah Kota Jayapura, Frans Pekey, mengatakan pembukaan lahan baru baik untuk pertanian dan bangunan perumahan pada lahan yang di lindungan tidak ada diberikan izin, karena bila hutan menjadi gundul bisa menyebabkan longsor dan banjir atau debit air menurun.
“Kami sudah sosialisasi dan tanam papan pemberitahuan, tapi itu diabaikan masyarakat bahkan ada petugas yang turun menertibkan, warga menolak dan melawan,” ujar Pekey.
Pekey berharap, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga alam agar bisa memberikan kehidupan seperti oksigen, menjaga ketersediaan air, dan terhindari dari bencana banjir dan longsor.
“Mari lestarikan hutan kita, supaya tidak kritis. Hutan tetep lestari dan alam tetap berdamai dengan kita. Kalau kita ganggu alam, maka bencana pasti kita sendiri yang rasakan,” ujar Pekey. (*)
Editor: Kristianto Galuwo