Papua No.1 News Portal | Jubi
Wamena, Jubi – Pascabentrok antarwarga yang terjadi di Distrik Wouma, Jayawijaya sejak Sabtu (8/1/2022) hingga Minggu (9/1/2022), Pemerintah Kabupaten Jayawijaya bersama forkopimda mengambil langkah dengan mengundang Bupati Lanny Jaya dan Nduga, untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi.
Bupati Jayawijaya, Lanny Jaya, dan Nduga beserta forkopimda, pada Senin (10/1/2022), melakukan pertemuan bersama para tokoh dari kedua belah pihak, guna membahas penyelesaian konflik. Setelah melakukan pertemuan di kantor Bupati Jayawijaya, ketiga bupati dan forkopimda mengunjungi Rumah Sakit Wamena untuk menjenguk korban jiwa.
Setelah itu, rombongan mencoba bernegosiasi dengan pihak keluarga korban dan keluarga besar Nduga/Lanny di Kampung Ilekma, Distrik Napua, Jayawijaya lalu bertemu dengan keluarga besar Lanny/Wouma di Distrik Wouma.
Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua mengatakan, setelah menggelar rapat dengan forkopimda dan Bupati Lanny Jaya, pihaknya juga mencoba berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Nduga dan Bupati Nduga, pada Senin pagi setibanya di Wamena.
“Setelah Bupati Nduga datang, kita bantu cari transportasi pesawat untuk jemput keluarga korban. Kami pun ke lokasi di Ilekma, bagaimana masyarakat di sana menahan perang kembali terjadi,” kata Banua.
Selain itu, Bupati Jayawijaya bersama Bupati Nduga berkoordinasi bagaimana mengambil langkah untuk jenazah yang ada di Rumah Sakit Wamena, agar bisa dibawa ke pihak keluarga.
Setelah itu rombongan bertemu warga di Wouma untuk hal yang sama, terkait bagaimana menenangkan kedua belah pihak yang bertikai, agar jangan sampai ada serangan balasan.
“Dengan hasil pertemuan kita ini, saya harap masyarakat di Jayawijaya tidak panik, mudah-mudahan dengan adanya pertemuan forkopimda dengan tiga bupati ini, persoalan segera selesai,” katanya.
Bupati Lanny Jaya, Befa Yigibalom menyebut pertemuan dengan kedua kubu ini untuk menurunkan tensi kedua belah pihak yang bertikai, sambil menunggu keputusan dari keduanya.
“Ini tahap pertama untuk mengetuk pintu hati masyarakat. Hal ini sifatnya kami mengimbau saja, agar secepat-cepatnya untuk selesaikan atau adakan perdamaian,” kata Befa Yigibalom.
Ia mengatakan, dari keluarga besar Lanny dan Wouma pada prinsipnya sebagai pelaku, kapan saja ketika keluarga korban ingin menyelesaikan masalah, maka mereka siap untuk bisa berdamai.
“Kami semua mau cepat selesai, karena kita harus sepakat bahwa Jayawijaya ini bukan tempat untuk perang karena daerah ini merupakan pusat pendidikan dan perekonomian di pegunungan yang harus kita jaga bersama,” katanya.
Sementara itu, Kapolres Jayawijaya, AKBP Muh. Safe’I AB mengatakan sejauh ini dari bentrokan yang terjadi, sebanyak 35 orang terluka dan 2 orang meninggal dunia. Sedangkan untuk kerugian material, pihak kepolisian belum dapat memastikan karena masih dilakukan pendataan, berapa unit kendaraan maupun rumah warga yang dibakar.
“Kami ingin semua konflik yang terjadi dihentikan, kemudian akar permasalahannya akan diselesaikan. Akar permasalahan ini, tadi disepakati dari pihak korban akan berunding dulu dengan keluarga, khususnya korban meninggal dunia dari pihak Nduga, habis itu dalam waktu tidak lama, akan dilakukan tuntutannya baik yang diajukan ke pemerintah daerah maupun kepolisian, baik secara hukum adat maupun hukum positif,” ujarnya.
Bentrokan antarkelompok warga ini terjadi sejak Sabtu (8/1/2022) sekitar pukul 15.47 WP di Kampung Wouma, yang bermula dari masalah pembayaran mas kawin sehingga terjadi keributan, dan mengakibatkan seorang warga bernama Sibelo Gwijangge meninggal dunia akibat terkena benda tajam.
Keluarga korban yang merasa tidak terima, lalu melakukan serangan balasan ke keluarga pelaku yang berada di sekitar Distrik Wouma, Jayawijaya, hingga dua hari lamanya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo