Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Hasil karya difabel dalam bentuk hasil daur ulang kertas di Balai Disabilitas Nipotowe di Palu, Sulawesi Tengah, mendapat perhatian Menteri Sosial Tri Rismaharini. Produk itu minta agar dikirim ke Jakarta.
“Tolong produksinya dikirim ke Jakarta, hasilnya kami kembalikan,” kata Rismaharini Minggu, (7/2/2021). Risma berharap hasil daur ulang kertas karya penyandang disabilitas intelektual binaan Balai Disabilitas Nipotowe, Palu, dapat membuat difabel lebih sejahtera.
Baca juga : Pameran HDI 2019 diramaikan kafe tunanetra hingga klub sepakbola
NPC Papua minta PB Peparnas siapkan fasilitas ramah disabilitas
Jaringan organisasi penyandang disabilitas sebut ada dugaan penyimpangan Bansos
Kepala Balai Disabilitas Nipotowe, Syaiful Samad, mengatakan lembaganya bekerja sama dengan Yayasan Kumala dan Lembaga Pengolahan Sampah Nusantara dalam mengadakan pelatihan mendaur ulang kertas. Ia meyakini penyandang disabilitas interlektual mampu mendaur ulang kertas.
“Mendaur ulang kertas dapat menjadi peluang usaha bagi difabel karena unik, punya pasar tersendiri, ramah lingkungan, dan dikerjakan oleh penyandang disabilitas intelektual,” kata Syaiful.
Baca juga :
Ia berharap hasil karya penyandang disabilitas intelektual ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Meski ia mengakui banyak orang meragukan kemampuan difabel intelektual dalam berkarya namun ia ingin mengubah stigma itu dan membuktikan jika penyandang disabilitas intelektual juga bisa mandiri.
“Mmapu membuat produk berkualitas, bernilai seni, dan bersaing dengan yang lain,” kata Syaiful menambahkan.
Pelatih dari Yayasan Kumala, Dindin mengatakan kegiatan mendaur ulang kertas dapat dilakukan penyandang disabilitas karena proses sederhana dan tidak membutuhkan keahlian khusus. “Daur ulang kertas adalah seni mengolah sampah menjadi barang bernilai,” katanya.
Agar lebih banyak orang yang dapat memahami daur ulang kertas hingga menjadi produk berkualitas, Balai Disabilitas Nipotowe membuka pelatihan untuk pelatih atau training for trainer dengan kuota 30 orang. Peserta pelatihan terdiri dari beberapa lembaga di sekitar Kota Palu, yaitu LKS Tadulako, Mekar Abadi Sigi, Muhamadiyah Palu, Gerkatin, hingga orang tua dan difabel intelektual. (*)
Editor : Edi Faisol