Papua No. 1 News Portal I Jubi,
Jayapura, Jubi – Aparat kepolisian Resorts Kota Jayapura membubarkan kegiatan pemutaran dan diksusi film G 30.S yang digelar oleh Gerakan Mahasiswa Pemuda Rakyat Papua (GempaR-Papua) dan Papuan Voices. Pembubaran acara yang digelar di lapangan futsal ekspo Waena, Jayapura, Sabtu (30/92017) pukul 18.00 itu, dinilai tak masuk akal.
“Pembubaran yang dilakukan aparat kepolisian yang terdiri dari polsek Buper Waena serta oleh Kabag Opss Kota Jayapura,” kata Sekertaris Jendral GempaR-Papua, Yason Ngelia, dalam siaran pers yang diterima Jubi, Senin (2/10/2017).
Yason menilai pembubaran acara yang ia gelar itu perbuatan tidak masuk akal dan berkesan mengada-ada. Ia beralasan sebelumnya telah menggelar pemutaran film beberapa kali di tempat yang sama, dan mendapatkan izin penangungjawab kawasan pemikiman. “Juga mendapatkan sambutan baik dari masyarakat sekitar,” kata Yason menambahkan .
Menurut dia, film yang diputar jauh lebih mendidik ketimbang film fiksi yang sedang digelar kepolisian di ekspo Waena, yang letaknya berjarak 100 meter dari tempat mereka menggelar pemutaran film.
Film yang digelar polisi justru kelihatan berupaya memprovokasi masyarakat, karena film berisi cerita fiksi, yang secara jelas menyebarkan kebencian masa lalu kepada generasi hari ini.
Selain itu ia menilai polisi juga sengaja melakukan pembodohan kepada masyarakat yang seharusnya memilki hak atas fakta sejarah 1965 tersebut. Yason berpendapat penyebaran film fiksi sebagai hoax di kalangan masyarakat dan sebagai pesan dari kalangan TNI-POLRI bahwa rezim penguasa otoriter serta fasis orde baru sedang diupayakan bangkit kembali.
Yason minta kepada masyarat di Papua cerdas dengan menghindari upaya kepolisian dan tentara memprovokasi. “Kami percaya ke depan akan lebih banyak agenda pemutaran film pembodohan tersebut,” katanya.
Koordinator Pemutaran film, Sipay Siep menyatakan acara nonton dan diskusi film G.30.S sebagai upaya mahasiswa dan pemuda melawan dibalik pembodohan. Ia juga menyayangkan pembubaran acara yang hendak digelar
“Kami memohon maaf kepada mahasiswa di beberapa kampus dan asrama di kota Jayapura yang telah mendapatkan undangan namun ternyata film tersebut tidak dapat kami putar," kata Sipay
Menurut dia terdapat penghuni dua asrama mahasiswa di sekitar Kota Jayapura yang rencana ikut memutar dan berdiskusi, dalam rangka mengenang pembantaia massal 30 September 2017.
“Kami gagal menayangkan kejahatan negara dalam hegemoni lewat film yang dilupakan,” katanya. (*)