| Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi-Suku Besar Yerisiam Gua di Nabire menggelar musyawarah luar biasa untuk memilih kepala suku yang baru pada 30 Mei lalu. Dalam musyawarah terbaru, Ayub Koiwoi terpilih sebagai kepala suku baru.
Musyawarah luar biasa ini digelar untuk menggantikan Daniel Yarawobi yang terpilih sebagai kepala suku besar pada 10-12 Mei 2015 silam.
Humas Suku Yerisiam Gua, Sambena Inggeruhi menjelaskan, pergantian kepala suku ini berdasarkan beberapa pertimbangan badan pengurus berdasarkan usulan dari masyarakat adat.
Selain itu, dalam melaksanakan tugasnya sebagai kepala suku Danile Yarawobi dinilai tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia jarang terlibat dalam masalah yang dihadapi suku dan kerap tak hadir dalam pertemuan yang seharusnya dihadiri.
“Sebenarnya ini masalah rumah tangga suku kami yang tidak perlu orang luar tahu. Tapi intinya kinerja kepala suku dinilai tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya, itu yang menjadi pertimbangan kami, jelas Inggeruhi saat ditemui jubi di Nabire pada Sabtu (6/6/2020).
Lanjut Inggeruhi, pihaknya kemudian mengumpulkan empat kepala sub suku guna meminta pertimbangan dan mencari jalan keluarnya.
Sehingga dalam pertemuan peclkan lalu agendanya adalah melakukan evaluasi kinerja kepala suku. Saat rapat itu juga, ada usulan dari masyarakat yang menghendaki pergantian kepala suku.
Dalam pelaksanaannya, disepakati calon dipilih dari empat sub suku yaitu, sub suku Akaba, sub suku waoha dan suku sarakwari serta sub suku koroba. Sementara yang berhak memilih adalah perwakilan dari masing – masing sub suku dengan jumlah yang ditetapkan sama dan melakukan pemilihan.
Menurut Sambena, pergantian ini tidak menyalahi aturan dan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga suku.
Sementara itu, mantan kepala suku besar Yerisiam Gua, Daniel Yarawoni mengatakan tak ada undangan apapaun yang ia terima saat pelaksanaan musyawaran luar biasa. Apalagi pemilihan kepala suku baru ia nilai dilaksanakan mendadak.
“Saya tidak ada pemberitahuan tentang pergantian kepala suku atau rapat. Ada informasi dari masyarakat kalau semuanya serba mendadak bahkan hampir terjadi pertengkaran diantara masyarakat dalam pertemuan itu,” tutur Yarawobi.
Atas dasar itulah Yarawobi berencana menempuh jalur hukum sekaligus jalur adat sebagai langkah protes atas mekanisme yang dijalankan untuk menggantikan posisinya.
“Saya nilai ada ini ada hubungannya dengan perusahaan yang hendak menambahkan perluasan lahan plasma. Dan saya sangat yakin kalau ini ada campur tangan pihak lain. Mau ganti kepala suku silakan tetapi saya tetap kepala suku berdasarkan tanah datuk di Yerisiam dan tetap mempertahankan tanah saya sebagai pihak laki laki sesuai adat orang Papua,” tuturnya. (*)
Editor: Edho Sinaga