Papua No.1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Pembinaan bagi petani kakao di Kabupaten Jayapura, Papua, khususnya pada wilayah pembangunan III sebagai basis perkebunan kakao terbanyak di Kabupaten Jayapura, pada 10 tahun lalu berjalan baik dengan adanya program Gerakan Wajib Tanam Kakao (GWTK).
Hal itu berubah drastis ketika terjadi perubahan iklim dan kebun kakao terserang hama, yang menghabiskan kakao sebanyak ratusan hektare.
Sekretaris Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Jayapura, Ganefo mengatakan saat ini para petani mulai membangun kembali kejayaan kakao, untuk itu para petani ingin disentuh dengan pembinaan yang berjalan aktif dan berkelanjutan.
“Cara terbaru yang dilakukan dengan kakao komunal oleh para petani adalah sambung pucuk. Dari bibit dan benih sambung pucuk ini diyakini bisa tahan terhadap serangan hama,” ujar Ganefo di Sentani, Kamis (31/3/2022).
Ganefo mengatakan bahwa pihaknya telah dikunjungi oleh salah satu lembaga dari Inggris, yang bekerja sama dengan Ekonomi Hijau untuk kemudian berkunjung ke kebun para petani kakao di wilayah pembangunan III.
Baca juga: Perda Minol dan KLA diharapkan berjalan baik di Kabupaten Jayapura
Dari kunjungan tersebut, para petani banyak menyampaikan tentang suka dan duka mereka dalam mengolah tanaman kakao ini, agar bisa berhasil diproduksi.
“Bekal tanaman kakao komunal atau lokal yang selamat dari serangan hama, petani mencoba untuk melakukan sambung pucuk, berkali-kali dengan sabar dan rutin sambil membuka lahan untuk benih dan juga bibit yang sudah dilakukan penyambungan pucuk, ada harapan untuk mengembalikan kejayaan kakao di waktu mendatang,” katanya.
Lanjutnya, NGO dari Inggris dan Ekonomi Hijau pada 2023 mendatang akan memberikan bantuan, bagi pembinaan petani kakao di Papua secara umum dan khususnya di Kabupaten.
“Kami berdiskusi dan memberikan masukan agar program bantuan yang direncanakan pada 2023 mendatang, bisa sejalan dengan program pemerintah di Kabupaten Jayapura, agar pembinaan dan hasil yang ingin dicapai bisa terlihat jelas,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Barikade Kakao Papua, Kusnan menjelaskan, program pembinaan petani kakao bersama Pemerintah Kabupaten Jayapura telah berlangsung sejak 1999, awalnya di Kampung Gemebs, Distrik Nimboran.
Pada 2019 lalu, pembinaan petani masih berjalan dan 2021 lalu ada 150.900 pohon di Kampung Yakasip, Distrik Nimboran yang baru saja dikunjungi. Para petani binaan menyampaikan, dari hasil yang ditanam melalui program replanting sudah tiga kali panen yang dilakukan.
“Selain budi daya tanaman kakao, program replanting ini juga harus terus dijalankan. Sehingga ekonomi dan kesejahteraan para petani bisa meningkat,” ucapnya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo