Papua No. 1 News Portal | Jubi
Waghete, Jubi – Ketua Dewan Adat Deiyai Frans Mote meminta Pemerintah Kabupaten Deiyai membatasi peredaran sayur yang didatangkan dari luar Deiyai dan mengatur para pedagang sayur yang berkeliling dengan sepeda motor. Pembatasan dan pengaturan itu perlu dilakukan untuk menggerakkan perekonomian para petani sayur di Deiyai.
Hal itu disampaikan Frans Mote di Waghete, Kabupaten Deiyai, Papua, Jumat (9/8/2019). Mote meminta pemerintah membuat peraturan daerah untuk mengendalikan peredaran dan penjualan sayur dari Kabupaten Nabire. Mote menyatakan Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan Peternakan dan Perikanan Kabupaten Deiyai harus duduk bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deiyai untuk merumuskan peraturan daerah dan kebijakan afirmasi di Deiyai.
Mote menyoroti keberadaan para pedagang sayur yang berkeliling dengan sepeda motor. Keberadaan para pedagang sayur yang berkeliling dengan sepeda motor dan mendatangi rumah pembeli itu telah membuat pasar tempat para mama berjualan sepi pembeli.
Frans Mote menyebut peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat se-Dunia menjadi momentum untuk membangun kebijakan afirmasi yang memproteksi masyarakat adat di Deiyai. “Oleh sebab itu, pada momentum Hari Internasional Masyarakat Adat se-Dunia, [kami meminta] peraturan daerah yang melindungi pangan lokal, khususnya [yang dihasilkan] masyarakat adat di Deiyai,” kata Mote.
Mote juga meminta Kamar Adat Pengusaha Papua membina para mama pedagang sayuran di Deiyai. “Tanah kami layak dan cocok untuk menjadi lahan pertanian dan pekebunan. Akan tetapi, pedagang non Papua datangkan sayur dari Nabire, sehingga sayur lokal yang dijual mama-mama tidak laku. Kalau KAPP ini berjalan baik, anak asli yang ada di daerah ini bisa membina dan memberdayakan mama-mama, agar ekonomi mereka bisa baik,” katanya.
Salah satu mama pedagang sayur, Elisabeth Pekey membenarkan bahwa sayur jualannya terkadang tidak laku. Pekey mengeluhkan para pedagang sayuran yang berkeliling dengan sepeda motor mendatangi rumah warga. Para pedagang sayur keliling itu membuat pasar-pasar tempat para pedagang asli Papua berjualan sepi pembeli.
“Karena warga sudah belanja di rumah, imbasnya ke kami [yang berdagang di pasar]. Kalau begini terus, kami akan tersingkir. Harus ada proteksi khusus bagi para pelaku usaha di Deiyai,” katanya.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G