Perayaan Natal jadi momentum perbaikan kualitas hidup

Papua
Ilustrasi lilin Natal - Pixabay.com.

Papua No.1 News Portal | Jubi

Nabire, Jubi – Perayaan Natal harus menjadi momentum untuk merefleksikan perilaku umat Kristen dalam berkehidupan di masyarakat. Mereka hendaknya membudayakan pola hidup sederhana dan saling bertenggang rasa terhadap sesama warga.

“Perayaan Natal selalu dipahami (diidentikan) dengan kemewahan, misalnya baju baru dan makanan enak. Gaya hidup glamor itu perlu dibatasi sebab perayaan Natal merupakan bagian dari (peningkatan kualitas) iman melalui sikap dan perbuatan terhadap orang lain,” kata Kepala Suku Wate Nabire Alex Raiki saat perayaan Natal di Kampung Waharia, Distrik Kimi, Rabu (30/12/2020).

Read More

Raiki juga mengajak kaum mereka merawat toleransi di Nabire. Keluarga Besar Suku Wate harus menjaga tutur kata dan perilaku sehingga mencerminkan toleransi atau menghargai keberagaman di masyarakat.

“Kesadaran bersama ini harus terus dikembangkan. Perubahannya bisa dimulai dari keluarga, lingkungan (sekitar tempat tinggal) dan kampung,” ujarnya.

Perayaan Natal Bersama Suku Besar Wate berlangsung di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jemaat Talitakum, Klasis Nabire Timur. Melalui Natal, Suku Wate menjadi Dewasa dan Mandiri menjadi subtema perayaan.

“Kita merayakan Natal pada setiap tahun. Apakah kita sudah melakukan perubahan dalam menerima kedatangan-Nya. Mari renungkan dalam diri masing-masing,” kata Panatua Hugo Karubaba dalam khotbahnya.

Perayaan Natal Suku Besar Wate diikuti warga yang berasal dari 10 kampung di Distrik Wapoga, Nabire. Ibadah pada perayaan tersebut merupakan oikumene karena warga Suku Wate terdiri atas jemaat dari pelbagai denominasi Gereja.

“Perayaan Natal ini direncanakan berlangsung di Kampung Sima (Distrik Yaur), tetapi dialihkan ke Kampung Waharia. Pelaksanaannya juga diundur, dari 28 Desember menjadi 30 Desember 2020,” kata ketua panitia Melvin Monei. (*)

Editor: Aries Munandar

Related posts

Leave a Reply