Papua No. 1 News Portal | Jubi
Biak, Jubi – Perayaan Tahun Baru Imlek 2570 menjadi tradisi bagi warga keturunan Tionghoa di Kabupaten Biak Numfor yang dilaksanakan dengan sukacita di tengah keberagaman masyarakat Papua.
Dalam keberagaman, seperti dalam keyakinan, adat istiadat, tradisi, dan budaya itu, perayaan Imlek menjadi perekat persaudaraan dalam perbedaan.
Seluruh warga keturunan Tionghoa di daerah itu bersama masyarakat dari berbagai tempat di “Bumi Nusantara” bersatu, duduk bersama untuk mengikuti syukuran perayaan Imlek 2570.
Perayaan diselenggarakan oleh umat Buddha bersama salah satu perusahaan swasta di Kabupaten Biak Numfor, Selasa (5/2/2019).
Sekitar 1.000 warga Biak dari berbagai daerah di Indonesia, sepert Jawa, Batak, Padang, Palembang, Bugis, Makassar, Maluku, Manado, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat duduk bersama untuk mengikuti perayaan Imlek.
Dalam acara itu, terasa kesadaran mereka bahwa kebhinekaan suatu keniscayaan yang harus dijalani bersama.
Imlek mampu menyatukan perbedaan. Tak ada yang mempersoalkan keyakinan, warna kulit, asal etnis, usia, maupun strata sosialnya. Semua warga merayakan Imlek sebagai tradisi masyarakat Tionghoa.
Kerukunan hidup antarumat beragama itu tercipta karena adanya kesadaran bahwa sebagai komunitas bangsa, mereka hidup saling membutuhkan dalam hubungan sosial kemasyarakatan.
Perayaan Imlek membawa semangat kegembiraan dan optimisme terhadap kehidupan pada masa mendatang yang lebih baik.
Tahun Baru Imlek sebagai tradisi budaya dari peradaban China yang sudah berumur ribuan tahun.
Beragam kesenian Indonesia yang bernuansa kedaerahan ikut disajikan pada perayaan Imlek 2570 di daerah itu, seperti tari Barongsai, tarian Wor khas Biak, serta tarian etnis Bugis-Makassar, dan pembacaan puisi. Komedi tunggal juga ditampilkan pada perayaan Imlek.
Kehadiran beragam kesenian khas Nusantara makin memperkokoh semangat kebersamaan antarwarga Biak dari berbagai latar belakang kehidupan.
Pelaksana Tugas Bupati Biak Numfor, Herry Ario Naap, mengatakan perbedaan dan keragaman suatu keniscayaan yang harus dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Sesama manusia, lanjutnya, patut saling menghargai serta menerima adanya perbedaan yang sudah digariskan Tuhan untuk masyarakat di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perayaan Imlek, kata dia, menyatukan manusia supaya hidup saling mengenal serta berbuat kebaikan bagi sesamanya, meskipun secara budaya ada perbedaan.
Pemkab Biak Numfor mendukung syukuran perayaan Tahun Baru Imlek yang melibatkan berbagai kalangan dan latar belakang masyarakat di daerah itu.
Dukungan Pemkab Biak Numfor itu juga untuk menjaga serta memupuk keharmonisan hubungan antarwarga setempat.
Diharapkan, pelaksanaan tradisi Imlek menghilangkan sekat-sekat kehidupan sehari-hari warga baik secara etnik, sosial, maupun budaya.
“Imlek tidak mengenal etnis Jawa, tidak ada Papua, dan etnis Tionghoa. Semuanya Indonesia dalam bingkai NKRI. Ini tradisi milik kita yang harus dijaga bersama,” kata dia saat menghadiri syukuran Imlek di Gedung Farsyos Kosekhanudnas IV Biak.
Jajaran Pemkab Biak Numfor mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek kepada masyarakat dengan harapan bahwa tahun yang baru itu memberikan kebaikan dan pengharapan kehidupan yang lebih baik, untuk kemajuan pembangunan kesejahteraan masyarakat setempat.
Etos kerja
Seorang tokoh umat Buddha di Biak Numfor yang juga CEO PT Artha Makmur Permai, Susanto Pirono, mengharapkan perayaan Imlek meningkatkan etos kerja masyarakaat.
Perayaan Imlek juga sebagai kesempatan pihaknya dengan karyawan berbagi kebahagiaan dalam pengabdian 42 tahun di Tanah Papua.
“Dengan perayaan Imlek dapat mewujudkan pedoman kerja perusahaan yang jujur, sabar, tekun, disiplin,” ujarnya.
Dia berharap tahun ke depan ini, kehidupan dapat dijalani dengan lebih baik, untuk meningkatkan kesejateraan bersama.
“Momentum Tahun Baru Imlek, setiap keluarga akan menerima kunjungan kerabat, temah kerja, mitra kerja perusahaan,” kata Susanto Pirono.
Umat Buddha di Kabupaten Biak Numfor juga diharapkan menjadi mitra kerja pemerintah dalam menyejahterakan masyarakat.
“Kontribusi umat Buddha di Kabupaten Biak Numfor telah terlibat dalam berbagai kegiatan kemanusiaan bakti sosial, membina hubungan keakraban dengan pemeluk agama lain, dan mendukung program pemerintah,” ujar dia.
Pemuka agama Buddha setempat, Bante Prawira, pada kesempatan itu berdoa agar pada Tahun Baru Imlek 2570, masyarakat mendapat kehidupan yang lebih baik, memperoleh keberuntungan, serta diberikan kesehatan supaya lebih baik dalam mengabdikan diri kepada Tuhan.
“Perayaan Imlek diharapkan dapat memberikan spirit baru dan semangat bekerja untuk setia melayani sesama yang lebih baik, kehidupan harmonis, dan sejahtera,” ujar dia.
Ia mengajak umat Buddha saling mengasihi dan menebar kebaikan dalam kehidupan bersama di tengah keberagaman.
Perayaan Tahun Baru Imlek, ujarnya, dijalani sebagai tradisi bagi setiap keluarga untuk berkumpul. Mereka membersihkan rumah sebagai simbol membersihkan dari nasib buruk.
Beragam buah dan kue khas Imlek yang disuguhkan pemilik rumah kepada tamu sebagai simbol saling membagikan kebahagiaan Tahun Baru Imlek.
Khusus bagi keluarga yang berkemampuan lebih, mereka membagikan angpau berwarna merah berisi “uang keberuntungan” kepada anak-anak yang datang.
Hal itu, memuat harapan umat untuk mendapatkan kebaikan yang berlipat ganda, kehidupan yang sehat, dan rejeki yang cukup.
Angpau juga simbol kepedulian manusia dengan sesama serta bentuk nyata manusia berbagi kegembiraan kepada sesama, terutama mereka yang belum mampu.
Kebiasaan lainnya pada Tahun Baru Imlek yang dijalani warga keturunan Tionghoa, mereka menghiasi rumah dengan lampion, guntingan kertas merah, spanduk, serta lukisan tahun baru selama periode perayaan itu.
Pada perayaan Imlek tahun ini, terlihat kecenderungan berbagai dekorasi yang bertema tentang Shio Babi. Dalam siklus zodiak China, tahun ini adalah Tahun Babi, sedangkan tahun lalu adalah Tahun Anjing. Kalender China menetapkan 12 hewan yang berbeda dari zodiak untuk setiap tahun.
Babi adalah tanda keduabelas dalam zodiak dan dilihat sebagai independen, tulus, setia, dan tegas, yang tidak takut kesulitan dalam hidup.
Oleh karena karakteristik itu, mereka juga menikmati hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitarnya.
Kesederhanaan perayaan Tahun Baru Imlek di Kabupaten Biak Numfor masih akan berlangsung hingga dua pekan ke depan, bersamaan dengan datangnya Cap Go Meh.
Untuk menikmati keberagaman sambil belajar menyelami hikmah tenggang rasa dan toleransi antarumat beragama, belajarlah ke Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. (*)
Editor: Dewi Wulandari