Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Jagat maya dan sejumlah masyarakat di Jayapura, Papua dihebohkan dengan penemuan tiga ekor ikan yang diduga hiu putih pasca banjir bandang yang menerjang Kabupaten Jayapura pada Sabtu (16/3/2019) lalu.
Temuan itu viral hingga menuai beragam tanggapan.Ada yang menanggapi dengan guyonan atau candaan, hingga mitos dan penjelasan ilmiah.
“Bukan di laut atau di daratan tapi ini di atas pegunungan. Ada beberapa ikan hiu yang kami dapat, dalam musibah banjir ini. Silakan lihat, ini bukan suatu kebohongan, tapi suatu kenyataan,” kata seorang pria yang mengenakan celana pendek, kaos hitam dengan garis-garis putih di bahu, serta topi merah, dalam video berdurasi 0.29 detik, yang beredar di media sosial.
Dalam video yang sama, seorang pria lain mendekat dan memperlihatkan sebuah android, entah menunjukkan penjelasan. Kemudian pada detik 0.18 dia melanjutkan, “Inilah suatu kebesaran Tuhan. Bahwa di atas gunung pun juga ada ikan hiu yang besar, saudara-saudara dimana pun.”Pria kedua, yang tidak menampakkan wajahnya, lalu mendekat dan video itu berakhir.
Di sekitar mereka, selain tiga ikan, payung, dan air keruh yang mengalir, tampak pemandangan yang tidak biasa, yaitu beberapa tempat menuerupai tong atau ember merah.Video ini sontak mendapat tanggapan warganet.
“Sa pu keluarga di (BTN) Sosial punya ada 7 ekor dalam akuarium (ditambah ekoticon ketawa). Jangan-jangan itu ikannya lagi (diikuti emoticon ketawa), karena rumah hancur, akuarium juga hanyut terbawa arus lapis dengan ikan-ikan itu,” kata seorang bernama Sanny.
Tanggapan lain dilontarkan seseorang dengan nama akun Abdel Syah. “Apa yang diceritakan kakek kami pada masa-masa kecilku, yang dibuat seolah-seolah cerita dongeng. (Ternyata) itu nyata, bahwa gunung Cycloop menyimpan sejuta cerita yang tak pernah terungkap,” tulisnya.
Danau Sentani bekas lautJubi belum berhasil mengkonfirmasi kebenaran informasi dalam video yang beredar di jagat maya itu.
Namun, peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan, pada masa lalu Danau Sentani merupakan laut yang jauh menjorok ke darat.Pergerakan lapisan bumi di membuat danau itu terpisah dari laut, dan sejumlah ikan laut seperti ikan hiu gergaji terjebak di dalam “kolam” air laut yang nantinya menjadi Danau Sentani itu. Lama-kelamaan, air
“kolam” itu semakin tawar, dan “kolam” itu akhirnya menjadi Danau Sentani yang hingga kini berair tawar. Hebatnya, ikan laut yang terjebak di dalam “kolam”, termasuk hiu gergaji, bisa beradaptasi menjadi ikan air tawar dan berkembang biak hingga kini.”Pengangkatan daratan ini terjadi di daerah Yoka hingga Puay, sehingga sekarang ini membentuk perbukitan di sepanjang Yoka hingga Puay,” katanya.
“Perbukitan ini yang menutup perairan yang menghubungkan antara laut dengan danau Sentani. Ikan hiu yang terperangkap dalam danau sentani kemudian berkembang menjadi ikan hiu air tawar,” lanjutnya.
Selain ikan hiu seperti yang ditemukan di BTN Sosial, katanya, ternyata di danau Sentani juga pernah ada ikan hiu gergaji (Pristis microdon)–ikan air laut yang beradaptasi dengan perairan air tawar. Ikan ini lebih populer dikenal sebagai hiu gergaji Sentani, karena ikan endemik danau Sentani, Papua.
“Ciri khas ikan ini adalah moncong panjang seperti pedang dengan deretan gergaji kecil yang menyamping. Ikan hiu gergaji memakan udang kecil dan ikan-ikan kecil. Tapi ikan hiu gergaji Sentani telah punah,” katanya.Menurut dia, ikan ini terakhir ditangkap nelayan Sentani tahun 1974.
Setelah itu tidak pernah ada lagi. Punahnya ikan hiu ini disebabkan oleh eksploitasi berlebihan, pencemaran air danau oleh limbah rumah tangga, dan penggunaan jaring insang (gill net).
“Ikan hiu gergaji sejak masa prasejarah hingga kini, sudah menjadi bagian dari budaya suku Sentani. Motif ikan hiu gergaji tergambar pada batu-batu Situs Megalitik Tutari. Selain itu suku Sentani yang bermukim di Pulau Asei, menjadikan hiu gergaji sebagai obyek lukisan kulit kayu mereka,” katanya. (*)