Penghijauan bukit Emereuw dan krisis air di Kota Jayapura

Warga Jemaat se Klasis Port Numbay dan mahasiswa Ottow dan Geisler melakukan penanaman kembali bukit Emereuw, Selasa (2/3/2020) siang - Jubi/Dam
Warga Jemaat se Klasis Port Numbay dan mahasiswa Ottow dan Geisler melakukan penanaman kembali bukit Emereuw, Selasa (2/3/2020) siang – Jubi/Dam

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Puluhan warga jemaat Gereja Kristen Injili (GKI) Emereuw Organda Padang Bulan, jemaat GKI Pniel Kotaraja, dan Sion Entrop Kota Jayapura bersama mahasiswa Universitas Ottow dan Geisler ikut melakukan penanaman kembali bukit Emereuw Organda Padang Bulan. Kegiatan ini merupakan rangkaian Hari Injil Masuk di Tanah Tabi dan ulang tahun ke-110 Kota Jayapura. Program ini merupakan kerja sama antara Urusan KPKC Klasis Port Numbay, Dinas Lingkungan dan Kebersihan Kota Jayapura, Universitas Ottow Geisler, dan Jemaat GKI Lembah Yordan Emereuw.

Read More

“Penanaman kembali bukit Emereuw ini penting sekali karena saat ini sumber air di Kota Jayapura mengalami kekurangan air. Kali Entrop, kali Kamp Walker, debit air berkurang dan krisis air,“ kata Wakil Ketua II DPRD Kota Jayapura, Silas Youwe, saat menyampaikan sambutannya.

Dia menambahkan bahwa program penyulaman dan penanaman kembali 1100 pohon di Bukit Emereuw Kota Jayapura, Senin (2/3/2020) siang, sangat penting untuk menyelamatkan sumber sumber air di Kota Jayapura.

“Saya berharap program penanaman ini jangan berhenti sampai di sini tetapi menjadi upaya setiap warga Kota Jayapura untuk tetap menjaga lingkungan agar tetap hijau,” katanya.

Dia mengatakan pihaknya sedang berupaya agar penghijauan berjalan rutin dan pemerintah juga akan mengambil sumber air dari Danau Sentani, kalau krisis air masih terus terjadi.

“Apalagi krisis air terjadi saat musim kemarau, sebaliknya kalau musim hujan banjir terjadi di Kota Jayapura. Oleh karena itu upaya penghijauan patut mendapat respons dari semua pihak,” katanya.

Hutan Kota

Bukit Emereuw Padang Bulan Organda – Jubi/Dam

Sementara itu, Ketua Majelis Jemaat GKI Lembah Yordan Emereuw, Pdt J Pantauw, mengatakan kompleks Organda Emereuw kalau musim hujan pasti mengalami banjir sebaliknya saat musim panas krisis air dan banyak debu bertebaran.

“Saya berharap agar bukit Emereuw ini bisa menjadi Taman Kota bagi Kota Jayapura sebagai perintis untuk penghijauan dan penanaman kembali hutan yang kritis,” katanya.

Dia menambahkan agar bukit Emereuw bisa berkembang dan menjadi hutan lindung warga.

“Adapun pohon yang ditanami jenis akasia, eukaliptus atau pohon kayu putih, lamtoro gung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak Kehutanan Provinsi Papua yang telah memberikan benih pohon,”katanya.

Hal senada juga dikatakan Ketua Klasis Port Numbay, Hein Carlos Mano. Dia minta upaya penghijauan gunung dan bukit Emereuw memberikan motivasi bagi warga Kota Jayapura untuk tetap menjaga lingkungan agar krisis air tidak terjadi di kemudian hari.

Dosen Fakultas Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Triana Kubelaborbir, mengatakan pihaknya bersama mahasiswa Universitas Ottow dan Geissler sejak 2019 lalu sudah melakukan penghijaan di Bukit Emereuw saat mahasiswa Universitas Gajah Mada melakukan kuliah kerja nyata di Kompleks BTN Organda Padang Bulan.

“Saat ini sebanyak 30 mahasiswa ikut dalam penanaman pohon di Bukit Emereuw,” katanya.

Ketua RT 02 RW O4 Kelurahan Hedam BTN Organda, Max Y Burumi, mengatakan penamanan kembali pohon di Bukit Emereuw sejak 2019 lalu sudah digalakkan bersama mahasiswa UGM dan mahasiswa Universitas Ottow dan Geisler (UOG).

“Tahun lalu kami menanam sebanyak 1000 pohon dan sekarang ini juga sebanyak 1100 pohon semoga semua berhasil tumbuh dengan baik menjadi pohon,” katanya berharap.

Debit air berkurang

Para peserta penanaman pohon – Jubi/Dam

Kondisi debit air yang berada di Kota Jayapura turun drastis dari sebelummnya 80-90 liter perdetik menjadi 30 liter perdetik. Kondisi ini diperkirakan berlangsung selama beberapa minggu ke depan.

Direktur PDAM Jayapura, Entis Sutisno, kepada Jubi mengatakan wilayah yang mengalami penurunan air adalah intake Jayapura Utara. Terparah terjadi di Anafre yang mensuplai air untuk masyarakat yang berada di kawasan Angkasa.

“Otomatis untuk pelayanan air PDAM mendapatkan giliran, dan kesulitan air di masyarakat Angkasa dan sekitarnya,” kata dia di Kota Jayapura, sebagaimana dilansir Jubi beberapa waktu lalu.

Di wilayah Bhayangkara, suplai air yang semula 15–20 liter perdetik turun menjadi 5 liter perdetik. Sedangkan di Entrop dari 80 -90 liter perdetik turun hingga 2-30 liter perdetik.

Sedangkan di wilayah Abepura, Perumnas 1-4, pusat supplai air dari kali Kampwolker, yang biasa dalam satu hari memproduksi air 80-90 liter perdetik, kini turun drastis menjadi 30 liter perdetik.

Begitu juga sumber air di Borkuinje, yang melayani Tanah Hitam dan wilayah Abe Pantai ikut mengering, suplai air hanya mencapai Tanah Hitam saja. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply