Penggunaan bahasa asli daerah di Sumsel menurun

Papua
Ilustrasi, pixabay.com

Papua No.1 News Portal | Jubi

Sumatera Selatan, Jubi –Penggunaan bahasa asli daerah Sumatera Selatan (Sumsel) diklasifikasikan berada dalam kondisi yang mengalami penurunan. Hal itu membutuhkan tindakan intervensi perlindungan agar bahasa daerah tetap lestari.

Read More

“Secara keseluruhan hampir semua bahasa daerah terutama di wilayah perkotaan mengalami penurunan vitalitas, bahasa daerah Sumsel termasuk di antaranya,” kata  Kepala Balai Bahasa Sumsel (Balai Bahasa Sumsel) Umar Solikhan di Palembang, dikutip dari Antara Senin, (7/3/2022).

Baca juga : DPR Papua diharap segera sahkan Raperda perlindungan bahasa daerah
Sejumlah bahasa daerah di Papua terancam punah
Musisi muda Papua jangan tinggalkan bahasa daerah dan alat musik tradisional

Bahkan, penurunan bahasa tersebut juga ditemukan pada bahasa daerah dengan penuturan sangat besar seperti bahasa Jawa dan Sunda. Menurut Umar, globalisasi menjadi salah satu penyebab utama penurunan vitalitas bahasa daerah tersebut, selain migrasi masyarakat dan perkawinan silang antaretnis yang berbeda bahasa.

“Berdasarkan penelitian Badan Bahasa di era globalisasi itu telah mengarahkan masyarakat ke satu bahasa tertentu,” kata Umar menambahkan.

Bahasa tertentu yang ia maksud, bahasa yang lebih kuat secara ekonomi-politik sehingga menjadikan penuturan bahasa daerah dinilai sudah tidak relevan dengan zaman atau dianggap tidak keren dewasa ini.

Umar menjelaskan berdasarkan hasil penelitian pada rentang waktu 2014 – 2017, Badan Bahasa sendiri telah memetakan sebanyak enam bahasa asli daerah yang dimiliki Sumsel. Keenam bahasa asli Sumsel tersebut ialah bahasa Kayu Agung, Bahasa Komering, Bahasa Lematang, Bahasa Melayu dan kemudian Bahasa Ogan dan Bahasa Pedamaran.

Selain itu, balai bahasa Sumsel mencatat beberapa bahasa pendatang yaitu bahasa Jawa. “Kemudian Bahasa Bugis dan Bahasa Bali yang belakangan tergolong bahasa yang baru ditemukan di Sumsel,” kata Umar menjelaskan.

Bahasa Kayu Agung sendiri terdiri dari sembilan dialek, yaitu Dialek Lintang, Dialek Kimak, Dialek Pagar Dewa, Dialek Pematang, Dialek Panesak, Dialek Kayuagung Perigi, Dialek Kikim, Dialek Lubuk Rumbai, dan Dialek Ngulak.

Sedangkan bahasa Komering terdiri dua dialek yaitu, dialek Pulau Negara dan Dialek Aji. Bahasa Lematang, dengan lima dialek yaitu Dialek Pegagan, Dialek Lematang Lahat, Dialek Lematang Ujan Mas Lama, Dialek Rambutan, dan Dialek Rambang.

Selain itu, bahasa Melayu terdiri dengan sembilan dialek, yaitu Dialek Palembang Sukabangun, Dialek Kisam, Dialek Muarasaling, Dialek Selangit, Dialek Rupit, Dialek Bentayan, Dialek Palembang 16 Ulu, Dialek Padang Bindu, dan Dialek Talangubi.

“Hasil penelitian tersebut telah dituangkan dalam buku Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017,” katanya. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply