Papua No. 1 News Portal | Jubi
Makassar, Jubi – Mahasiswi magister pendidikan English for Speakers of Other Languages atau ESOL (Bahasa Inggris bagi Penutur Bahasa Lain) Universitas Auburn, Alabama, Amerika Serikat asal Papua, Jacqualine Menanti, mengatakan pendidikan berbasis bahasa ibu dapat memudahkan siswa dalam literasi.
Pernyataan itu dikatakan Jacqualine Menanti dalam diskusi daring, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Jumat (10/7/2020).
Menurut penerima beasiswa LPDP itu, dalam laporan United Nations of Education, Scientific, and Cultur Organization (UNESCO) juga menyebut pendidikan dalam bahasa ibu (di wilayah tertentu yang masih cukup kuat dalam penggunaan bahasa daerah) akan menjadi jembatan efektif dalam penggunaan bahasa nasional dan bahasa lainnya.
“Mereka juga akan lebih sadar dengan identitas budaya mereka dan lebih siap memahami konsep literasi. Peserta didik yang tumbuh dengan bahasa ibu, lebih efektif belajar membaca [dan menulis], lebih pro aktif dalam kelas, dan lebih berani bertanya,” kata Menanti.
Selain itu menurutnya, siswa yang tumbuh di wilayah dengan bahasa daerah masih cukup kuat, dan mendapat pendidikan berbasis bahasa ibu lebih nyaman di kelas dibandingkan di sekolah yang menerapkan bahasa nasional. Siswa juga lebih tahu maksud penjelasan guru.
“Anak yang tumbuh dengan bahasa daerah yang cukup kuat kemudian diajar dengan bahasa lain pada tingkat tertentu akan lebih toleran terhadap perbedaan budaya, ras dan lainnya,” ujarnya.
Sebaliknya, kuatnya pengaruh penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sejumlah wilayah tentu di Papua, menyulitkan siswa di daerah itu memahami penjelasan guru dengan bahasa nasional.
“Di daerah tertentu di Papua, merupakan satu tantangan anak-anak yang tumbuh dengan bahasa ibu, kemudian langsung lompat ke tahap [jenjang pendidikan] berikutnya. Sulit mengerti penjelasan guru,” ucapnya.
Melihat masih kuatnya penggunaan bahasa ibu di daerah tertentu di Papua, maka program pendidikan berbasis bahasa ibu itu dapat diimplementasikan pada sekolah di wilayah itu.
Belum lama ini anggota komisi bidang pendidikan DPR Papua, Natan Pahabol mengatakan pemerintah provinsi dan kabupaten-kota di Papua perlu membuat regulasi yang mengatur penggunaan bahasa daerah, dan memasukkannya dalam kurikulum pendidikan.
Katanya, tidak bisa dipungkiri masih banyak anak-anak di berbagai wilayah Papua, terutama daerah pedalaman belum begitu paham bahasa Indonesia.
Ketika guru mengajar dengan bahasa nasional, siswa akan sulit mengerti apa yang diajarkan guru.
“Apalagi budaya orang Papua itu bukan menulis, tapi bertutur (berbicara) dan mendengar,” kata Natan Pahabol. (*)
Editor: Edho Sinaga